PRORAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
Produksi
Bioakarisida Pembasmi
Sarcoptes scabiei
pada Ternak Kambing
dari Ekstrak Daun Tanaman Trengguli (Cassia
fistula)
BIDANG KEGIATAN :PKM PENELITIAN
Disusun oleh :
Yogo
Prapto Widodo 23010111130000 (Angkatan 2011, Ketua )
Ahmad
Khoirudin 23010111130000 (Angkatan 2011, Anggota)
Angger
Tegar Prasetyo 23010111130000 (Angkatan 2011, Anggota)
Tri
Vidyanto 23010111120056 (Angkatan 2011, Anggota)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
201
HALAMAN PENGESAHAN1. Judul Kegiatan : Produksi Bioakarisida
Pembasmi Sarcoptes scabiei dari Ekstrak
Daun Tanaman Trengguli (Cassia fistula)
2. Bidang Kegiatan :
( √ ) PKMP (
) PKMK
(Pilih salah satu) ( ) PKMT (
) PKMM
3. Bidang Ilmu :
( ) Kesehatan ( √) Pertanian
(Pilih salah satu) ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua
Pelaksana Kegiatan :
a. nama Lengkap :
b. NIM :
c. Program Studi :
d. Universitas :
e. Alamat rumah/telp. :
f. Alamat e-mail :
5. Anggota Pelaksana kegiatan : 4 orang
6.
Dosen Pembimbing :
a. Nama :
b. NIP :
c. Telepon :
7.
Biaya Kegiatan Total :
a. DIKTI :
Rp.
4.265.000,-
b. Sumber Lain :
8.
Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 Bulan
Semarang,
8 Oktober 2012
JUDUL :PRODUKSI BIOAKARISIDA PEMBASMI SARCOPTES SCABIEI DARI EKSTRAK DAUN TANAMAN TRENGGULI (CASSIA
FISTULA)
I. LATAR
BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara
tropis dengan keanekaragaman hayati yang besar. Tanaman-tanaman tropis
kebanyakan memiliki senyawa antibakteri dan antiparasit. Namun, potensi hayati
yang besar ini belum diimbangi dengan penelitian dan pengembangan tanaman obat
secara maksimal. Banyak tanaman yang secara tradisional digunakan masyarakat
sebagai tanaman obat belum dikembangkan dan dibuktikan secara empiris
khasiatnya. Salah satu tanaman yang digunakan masyarakat Indonesia secara turun temurun sebagai obat tradisional untuk
kudis atau skabies daun tanaman trengguli atau Cassia fistula. Sementara
di dunia kebingungan terjadi menyusul ditemukannya efek samping resistensi
terhadap akarisida sintetik pembasmi scabies. Berdasarkan fenomena yang
terjadi di masyarakat tersebut perlu dikaji secara empiris tentang efektivitas
daun Cassia fistula sebagai akarisida
nabati untuk membasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit skabies.
Skabies atau kudis
adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh parasit tungau Sarcoptes scabiei . Penyakit ini telah
dikenal sejak lama, yaitu ketika Bonomo dan Cestoni mampu mengilustrasikan
tungau penyebab skabies pada tahun 1689 (Whardana et al., 2006). Tungau Sarcoptes scabiei menyerang hampir semua hewan, seperti kerbau, kambing,
babi, anjing dan kelinci bahkan dapat menular ke manusia (zoonosis) melalui kontak langsung dengan penderita scabies atau tempat hidup tungau. Penyakit skabies sangat
merugikan secara ekonomi karena menyebabkan kerusakan kulit pada ternak,
kekurusan, menurunnya produktivitas, dan kematian ternak (Dewi et al., 2008). Penelitian di sebuah pesantren menunjukkan ada
hubungan antara perilaku dan pengetahuan sanitasi yang kurang dengan penyebaran
skabies (Rohmawati, 2010). Prevalensi skabies pada kambing dilaporkan mencapai
4 – 20%, terutama di saat musim kemarau pada ternak yang digembalakan. Kejadian
skabies pada ternak di pulau Jawa mencapai 47,5% pada tahun 2006 (Haryuningtyas et
al., 2010). Oleh karena itu, skabies merupakan penyakit menular yang sangat perlu ditangani terutama pada ternak kambing karena kambing dan babi
merupakan ternak yang yang paling sering terserang skabies.
Penanganan penyakit skabies pada ternak selama ini masih menggunakan
akarisida sintetik. Akarisida
adalah semacam pestisida pembasmi serangga artropoda sub kelas acari atau tungau. Obat ini memang dapat bereaksi dengan cepat dan cukup efektif. Namun,
akarisida sintetik memiliki beberapa kelemahan yaitu menimbulkan efek samping, harganya
yang cukup mahal, sulit didapatkan di pedesaan, dan resiko resistensi penyakit
cukup tinggi bila terlalu sering digunakan (Haryuningtyas et al., 2010). Selama ini pengendalian penyakit skabies paling
sering menggunakan preparat ivermectin dan organopospat. Namun, penggunaan preparat ini memiliki harga yang sangat mahal dan mulai menunjukkan resistensi. Pengembangan vaksin untuk mengatasi skabies juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan
(Dewi et al., 2008).
Obat nabati untuk skabies merupakan solusi yang perlu dikembangkan karena beberapa tanaman tropis memiliki senyawa antibakteri dan anti hama tyang
dapat menjadi harapan solusi akarisida nabati yang lebih ramah lingkungan,
murah, efektif, dan mudah dikembangkan untuk mengatasi masalah penyakit skabies
(Haryuningtyas et
al., 2006). Daun
trengguli yang sudah berkembang dimasyarakat sebagai obat herbal nabati
pembasmi skabies bisa menjadi solusi penanganan masalah skabies tanpa
menggunakan akarisida sintetik. Berdasarkan latar belakang inilah perlu dilakukan penelitian efektivitas
ekstrak daun trengguli sebagai obat penyakit skabies sehingga dapat menjadi
sarana pengembangan pengndalian penyakit skabies bagi dunia peternakan di
Indonesia.
II. PERUMUSAN MASALAH
Penyakit kudis atau skabies masih menjadi permasalahan di dunia peternakan di Indonesia sampai sekarang. Skabies
merupakan penyakit kulit dengan jumlah kasus yang relatif tinggi pada hewan
ternak, hewan piaraan dan beberapa hewan liar (Haryuningtyas et al., 2006). Penyakit ini
masih sangat sulit dikendalikan walaupun banyak penelitian tentang obat skabies
telah dilakukan (Taringan, 2007). Penelitian tentang obat skabies terutama dari
tanaman tropis yang kaya akan zat antimikroba seperti trengguli (Cassia fistula) dapat menambah referensi
empiris tanaman obat yang efektif dalam penanggulangan skabies.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) yang bekerjasama
dengan Pusat Pemonitoran Obat
Internasional (Center for International Drug
Monitoring) pada tahun 1998 menyebutkan bahwa
penggunaan bensil bensoat, crotamiton,
lindan, malation dan permetrin berkaitan
erat dengan kejadian kejang-kejang pada penderita
skabies . Beberapa literatur melaporkan adanya resistensi Sarcoptes
scabiei terhadap obat anti skabies yang telah diuji secara in vitro dan in
vivo menjadi tantangan bagi dunia penelitian dan kesehatan untuk mendapat
akarisidal barn yang lebih efektif. Kondisi ini tidak sejalan dengan
perkembangan penyebaran penyakit skabies yang semakin meluas. Pengembangan
vaksin untuk skabies juga masih mengalami kendala . Balai Penelitian Veteriner
(Balitvet) bekerja sama dengan DFID (United Kingdom) telah melakukan penelitian pengembangan vaksin skabies untuk kambing, namun hasilnya masih belum memuaskan (Whardana et al., 2006).
Tanaman trengguli (Cassia fistula) telah banyak digunakan secara treadisional sebagai
obat karena mengandung zat hepatoprotektif, anti-radang, antiseptik,
antifungal, dan antibakteri (Danish et
al., 2011). Tanaman trengguli mengandung saporin, polifenol, dan flavonoid
yang ampuh untuk membasmi mikroba. Masyarakat sering menggunakan daun tanaman
ini untuk obat kudis atau skabies. Maka peninjauan secara empiris manfaat
ekstrak minyak daun trengguli perlu diteliti lebih lanjut untuk mengatasi
penyakit skabies sehingga diharapkan didapatkan alternative akarisida nabati
yang ramah lingkungan, efektif, dan tahan resistensi dari ekstrak minyak daun
trengguli (Cassia fistula).
Berdasarkan uraian yang disampaiakn ada berapa permasalah yang dapat dirumuskan
yaitu :
1. Apakah ekstrak minyak daun terngguli dapat dibuktikan secara
ilmiah sebagai obat penyakit skabies?
2. Sejauh mana efektivitas ekstrak minyak daun trengguli dalam
membasmi tungau penyebab skabies?
III. TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan :
- Mengetahui
efektivitas ekstrak minyak daun trengguli (Cassia fistula) dalam membasmi Sarcoptes scabies dan siklus hidupnya.
- Mengetahui
LT50
ekstrak minyak daun
trengguli (Cassia fistula) terhadap
kematian Sarcoptes scabies
IV.
LUARAN
YANG DIHARAPKAN
Luaran yang
diharapkan dari penelitian ini yaitu :
1. Ekstrak
minyak daun trengguli
yang tepat agar mendapatkan hasil yang optimal
2.
Proses pembuatan ekstrak minyak akarisida nabati dari daun trengguli
3.
Laporan akhir penelitian
4.
Artikel
ilmiah
V.
KEGUNAAN
PROGRAM
Membantu masyarakat dalam mengatasi penyakit kudis atau skabies pada
ternak dan mencegah terjadinya lonjakan kasus penyakit skabies menggunakan akarisida
nabati yang efektif, mudah didapat dan
aman digunakan.
VI.
TINJAUAN
PUSTAKA
G.1. Tungau
a. Sistematika
Urutan
klasifikasi dari tungau adalah sebagai berikut:
Spesies :
S. scabiei
(http://en.wikipedia.org/wiki/Sarcoptes_scabiei)
b.
Morfologi
Secara morfologi Sarcoptes
scabiei pada kambing dan kelinci tidak ada perbedaan, yaitu
ektoparasit yang berukuran kecil, bentuk bulat dengan garis luar
kasar. Tungau betina berukuran 330-600
μm x 250-400 μm dan
jantan berukuran 200-240 μm x 150 200 μm, mempunyai kaki pendek
dan sepasang kaki ketiga dan keempat tidak tampak dari dorsal tubuhnya.
Sarcoptes dibedakan dengan genus lain berdasar adanya leg
sucker (pulvilus), dimana pada Sarcoptes jantan dapat dijumpai
adanya leg sucker pada kaki ke-1, 2 dan 4, sedang pada yang
betina dapat dijumpai pada kaki ke-1 dan 2 Beberapa peneliti menyatakan bahwa 1
coptes mempunyai spesies atau varian yang berbeda dan para ahli biologi
dan isiologi menyatakan bahwa spesiesnya adalah S. scabiei yang mana
spesifik terhadap induk semangnya (Wahyuti et
al., 2009).
c. Siklus Hidup
Gambar 1. Siklus Hidup Scopates scabei
Sumber : http://www.stanford.edu, diakses 6 September
2012.
Siklus hidup tungau S. scabei dari telur menuju dewasa memerlukan waktu 10 sampai
14 hari, tungau betina mampu hidup pada induk semang selama 30 hari. Tungau
betina masuk ke dalam kulit dan membentuk lorong dan bertelur. Telur menetas
menjadi larva setelah 50 sampai 53 jam. Sebagian larva berkembang menjadi
protonymfa selama 3 sampai 5 hari kemudian menjadi tirtonympha setelah
2 sampai 3
hari. Perkembangan terakhir menjadi tungau dewasa membutuhkan waktu selama 3 sampai 6
hari (Haryuningtyas dan Ahmad, 2007).
Trengguli (Cassia fistula)
a.
Sistematika Tanaman Trengguli
Urutan klasifikasi dari tanaman trengguli adalah sebagai berikut :
Spesies : C. fistula
(http://en.wikipedia.org/wiki/Cassia_fistula)
b. Morfologi Tumbuhan
Secara morfologi
tanaman Cassia Fistula mempunyai tinggi 7 hingga10 meter dan merupakan salah satu tanaman berkayu. Sebagian besar batangnya
lebih didominasi oleh bunga daripada daunnya saat musim berbungga. Daun tanaman
ini berbentuk lonjong dan mempunyai tulang daun menjari. Setiap tangkainya
terdapat 8 – 9 daun. Setiap daun mempunyai panjang sekitar 6 - 8 inci. Bunga
pada tanaman ini mepunyai warna kuning dengan panjang bunga 6 inci. Dalam satu
bunga terdiri dari 5 mahkota, 10 buah benang sari. Buah tanaman C.
Fistula ini bewarna coklat dengan panjang 24 inci dengan diameter 1 inci.
Dalam buah terdapat daging buah yang lengket yang menyelimuti biji-biji
besarnya yang berwarna hitam (Brown, 2006).
c. Kandungan Kimia
Daun tanaman trengguli
mengandung saporin, flavonida, dan polifenol. Selain itu, buah tanaman
trengguli mengandung amoxicillin dan amoxy – cassia. Semua zat yang terdapat pada tanaman ini
merupakan senyawa anti
bakteri dan anti fungi yang mampu mematikan beberapa hama
dan mikroba patogen (Ali et al., 2008).
Kudis
(Skabies)
Skabies adalah penyakit kulit yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia
dan cenderung sulit disembuhkan. Penyakit ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei yang ditandai dengan gejala klinis gatal pada kulit. Parasit S.
scabiei adalah ektoparasit yang menyerang hewan terutama pada bagian kulit
yang dapat menurunkan produksi daging, kualitas kulit, dan mengganggu kesehatan
masyarakat.Semua hewan ternak dapat terserang penyakit ini pada seluruh tubuh,
namun predileksi serangan skabies pada tiap-tiap hewan berbeda-beda, pada
kerbau di punggung, paha, leher, muka, daun telinga. Pada kelinci disekitar
mata, hidung, jari kaki kemudian meluas ke seluruh tubuh. Penyakit ini lebih
banyak dijumpai pada kambing dibandingkan pada domba. Timbulnya penyakit skabies disebabkan pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar, salah
satu faktor yang dominan yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan
bersama dengan kontak yang relatif erat. Hewan penderita skabies memperlihatkan
gejala gatal-gatal pada kulit, kemudian kulit akan melepuh terutama di daerah
muka dan punggung, akhirnya cepat meluas ke seluruh tubuh. Hewan yang
terinfeksi penyakit skabies menunjukkan gejala kekurusan, penurunan kualitas
kulit, di samping itu dapat menimbulkan kematian (Iskandar, 2000).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah
suatu proses perpindahan komponen terlarut dari suatu campuran dengan
menggunakan pelarut dan bertujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin komponen
terlarut yang diinginkan. Metode yang paling sederhana digunakan untuk
mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut,
kemudian memisahkan dari padatan yang tidak terlarut Prosedur klasik untuk
memperoleh kandungan senyawa organik dari suatu jaringan tumbuhan kering adalah
dengan proses ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan sederetan pelarut yang
berbeda tingkat kepolarannya (Asmaliyah et
al., 2010). Metode ekstraksi dipilih
berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya
penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh
ekstrak yang sempurna. Beberapa metode penyarian antara lain maserasi, perkolasi dan sokhletasi (Indraswari,
2008).
HIPOTESIS
Ekstrak daun trengguli
dapat mematikan tungau pada kambing.
V.
METODE PENELITIAN
Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, blender, erlenmeyer, plastik wrap, gelas
beker, corong gelas, kertas saring, alat evaporator, pengocok ultrasonik, labu
eppendrof, sentrifuse. Bahan yang digunakan adalah daun trengguli, etanol, metanol, dan n-hexane, kertas saring untuk proses
penyaringan.
Prosedur Percobaan
1. Persiapan bahan
Daun trengguli dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 50oC selama 5 jam lalu digiling halus dengan
blender.
2. Proses Ekstraksi
Metode ekstraksi
yang digunakan adalah metode maserasi simplisia. Diambil sampel
serbuk kering daun trengguli dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang lalu
ditambahkan pelarut etanol dan tutup dengan plastik wrap, perbandingan jumlah
sampel dan pelarut 1:3. Dimaserasi selama 24 jam, kemudian ekstrak disaring
dengan menggunakan corong gelas dan kertas saring. Ekstrak diuapkan dengan
menggunakkan alat evaporator pada suhu 50oC. Ekstrak kental ditambahkan
1 ml toluene, ekstrak dilarutkan dengan pengocok ultrasonik. Dimasukkan kedalam
labu eppendrof, kemudian volume akhir ekstrak diukur. Untuk memisahkan air yang
terbawa dalam ekstrak, dengan pelarut organik, ektrak total dalam efendorf
disentrifuge pada 3500 rpm selama 10 menit. Bagian pelarut organik dipindahkan
ketempat yang berbeda. Dicatat volume filtrat yang diperoleh. Prosedur ini diterapkan
juga menggunakan pelarut methanol dan n-hexane.
3. Koleksi
Tungau
Tungau
dikoleksi dari keropeng kambing yang terinfeksi S. scabiei secara alami.
Keropeng dikerok menggunakan scalpel pada bagian tubuh yang jarang
bulunya (telinga, sekitar pelupuk mata). Setelah dikerok, keropeng ditempatkan
pada cawan petri, dipanasi dengan lampu 25 watt untuk memberikan kesempatan
tungau keluar dari keropeng dan
berjalan-jalan pada dasar cawan petri yang selanjutnya akan diambil satu persatu
menggunakan ujung lidi yang telah diruncingkan untuk dipindahkan ke gelas kamar
inkubasi. Pada semua perlakuan, tungau
dipindahkan pada gelas inkubasi. Gelas inkubasi dibuat dari gelas blok
berukuran panjang 35 x 75 mm dan ketebalan 6 mm. Lubang berdiameter 20 mm
dibuat pada pertengahan dari masing-masing gelas tersebut. Sepotong kain katun
dilekatkan secara erat menutupi bagian bawah dari gelas membentuk kompartemen
dengan dasar katun. Bagian atas gelas kamar inkubasi ditutup dengan gelas obyek
dan hubungan permukaan antara gelas obyek dengan gelas
kamar inkubasi dilekatkan dengan jelly.
Pada pertengahan gelas obyek dilubangi dengan diameter 5 mm yang kemudian juga
ditutup dengan kain katun. Lubang bagian atas berfungsi untuk menjaga kelembaban
pada gelas kamar inkubasi sesuai dengan kelembaban pada atmosfer. Gelas inkubasi
diletakkan pada petri dish berdiameter 90 mm. Tungau diletakkan pada bagian
dasar katun dari gelas inkubasi, bagian atasnya kemudian ditutup dengan gelas
obyek.
4. Uji Aktivitas Ekstrak
Pada uji aktivitas, 60 ekor kutu diambil menggunakan ujung lidi yang telah
diruncingkan dan diletakkan pada dasar kain katun sebanyak 20 ekor pada
masing-masing perlakuan ekstrak daun trengguli dengan pelarut yaitu etanol,
n-hexane, dan metanol pada kain katun. Gelas
inkubasi selanjutnya diletakkan pada stoples inkubasi pada suhu 27 – 30 oC
dan kelembaban 80%. Pengamatan
daya hidup dilakukan setiap hari sampai semua tungau mati. Pengamatan dilakukan
pada lama hidup maksimum dan LT50 (Waktu yang diperlukan tungau
untuk mencapai 50% kematian (dalam hari)). Daya hidup S. scabiei diuji
statistik dengan ANOVA dan regresi.
Respon dan Pengamatan
Jenis
Pelarut
|
Uji
Aktivitas Kematian Tungau (%)
|
30 menit
|
1 jam
|
3 jam
|
6 jam
|
12 jam
|
24 jam
|
48 jam
|
Etanol
|
|
|
|
|
|
|
|
n-Hexane
|
|
|
|
|
|
|
|
Metanol
|
|
|
|
|
|
|
|
VII.
JADWAL
KEGIATAN PROGRAM
Proyek penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dengan rincian kegiatan
seperti tertera dalam tabel 1 :
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
|
Bulan
ke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Studi literatur
|
|
|
|
|
|
|
Penyiapan bahan dan perancangan alat
|
|
|
|
|
|
|
Percobaan ekstraksi minyak daun dan uji aktivitas
|
|
|
|
|
|
|
Analisis dan
interpretasi data
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan laporan
akhir
|
|
|
|
|
|
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
J. RENCANA ANGGARAN SELAMA PENELITIAN
Jenis
Pengeluaran
|
Jumlah
Pengeluaran (Rp.)
|
Bahan Habis Pakai (BHP)
|
|
Daun Terngguli 10 kg
|
Rp. 0,-
|
Etanol 95% 5
liter @Rp. 15.000 / l
|
Rp. 50.000,-
|
Metanol 94%
5 liter @Rp. 10.000 / l
|
Rp. 50.000,-
|
n-Heksana 5
liter @Rp. 10.000/ l
|
Rp. 75.000,-
|
Kain katun ½ m2 @Rp. 20.000/m
|
Rp. 10.000,-
|
Jumlah
|
Rp.
185.000,-
|
|
|
|
|
Peralatan Penunjang Kegiatan
|
|
Sewa Ekstraktor Ultrasonik
|
Rp. 3.000.000,-
|
Blender
|
Rp. 60.000,-
|
Kertas saring
|
Rp. 20.000,-
|
Kertas whatman
|
Rp. 150.000,-
|
Indikator pH
|
Rp. 120.000,-
|
Thermometer 3 buah @Rp. 30.000.-
|
Rp. 90.000,-
|
Kotak transparan 3 buah @Rp. 40.000
|
Rp. 120.000,-
|
Jumlah
|
Rp
3.560.000,-
|
|
|
|
|
Biaya Perjalanan
|
|
Transportasi lokal
|
Rp. 200.000,-
|
Pengambilan daun trengguli dan koleksi
scabies kambing
|
Rp. 100.000,-
|
Jumlah
|
Rp.
300.000,-
|
|
|
Komponen Lain-Lain
|
|
Dokumentasi
|
Rp. 50.000,-
|
CD dan
disket
|
Rp. 20.000,-
|
Penggandaan
Laporan (5 eksemplar x @ Rp. 30.000,00)
|
Rp. 150.000,-
|
Jumlah
|
Rp.
220.000,-
|
|
|
TOTAL
|
Rp.
4.265.000,-
|
K. DAFTAR PUSTAKA
Ali, N.H., et al. Mudulation of Humoral Immunity by Cassia
fistula and Amoxi-casia. Pak. J. Pharm. Sci., Vo.22 21,
No.1, January 2008, pp.21-23.
Asmaliyah et al. 2010. Pengembangan Biofarmaka di Sumatera Selatan. Laporan Penelitian
Ristek tahun 2010. Balai Penelitian Kehutanan, Palembang.
Brown, S.H.
2006. Cassia fistula. Artikel. IFAS
Extension University of Florida. (Online). Tersedia : http://lee.ifas.ufl.edu/Hort/GardenPubsAZ/CassiaFistulaGoldenShowerTree.pdf
(17 September 2012).
Danish, M., et al. 2011. Cassia fistula Linn. (Amulthus) - An Important Medicinal Plant: A Review of Its
Traditional Uses, Phytochemistry and Pharmacological Properties. J. Nat. Prod.
Plant Resour., 2011, 1 (1): 101-118.
Dewi, A.P. dan
D. Haryuningtyas. 2008. Uji In Vitro
Ekstrak Tea Tree ((Melaleuca alternifolia) terhadap Tungau Sarcopates scabies
pada Kambing. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008. (Online). Tersedia :
bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/attachments/160_34.pdf (17 September 2012).
Haryuningtyas,
D., et al. 2006. Uji Daya Hidup tungau Sarcopates scabies pada Berbagai Macam Serum.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner 2006. (Online). Online. Tersedia :
bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/attachments/247_52.pdf (17 September 2012).
Haryuningtyas,
D. dan R.Z. Ahmad. 2007. Efek Volume
Serum, Temperatur dan Kelembaban terhadap Daya Hidup Sarcopates scabies secara
In Vitro. Seminar Teknologi Peternakan dan pertanian 2007. (Online).
Tersedia : bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/attachments/217_34.pdf (17
September 2012).
Haryuningtyas,
D., et al. 2010. Efektivitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) sebagai Obat Penyakit
Scabies pada Kambing dengan Tingkat Kesembuhan >95%. Laporan Akhir
Penelitian Intensif Ristek 2010. Balai Besar penelitian Veteriner Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Indraswari, A. 2008. Optomasi
pembuatan Ekstrak Duan Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Menggunakan Metode
Maserasi dengan Parameter Kadar Total Senyawa Fenolik dan Flavonoid.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadyah Surakarta, Surakarta.
Iskandar, T.
2000. Masalah Skabies pada Hewan dan
Manusia serta Penanggulangannya. WARTAZOA
Vol. 10 No. 1 Th. 2000.
Rohmawati, R.N.
2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan
dan Perilaku dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesanten Al-Muayyad Surakarta.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta, Surakarta
Tarigan, S.
2007. Vaksin Skabies Dibutuhkan Namun
Sulit Diwujudkan. WARTAZOA Vol.17 No.1 Th.2007.
Wahyuti, R.N., et al. 2009. Identifikasi Morfologi dan Protein Tungau Sarcopates scabies pada
Kambing dan Kelinci. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 2, Agust 2009:
94-110.
Whardana, A.H., et al. 2006. Skabies : Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini dan
Masa Datang. WARTAZOA Vol.16. No.I Th.2006.
L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Ketua
Nama :
Yogo Prapto Widodo
NIM :
23010111130071
Tempat/ tgl lahir :
Kebumen, 21 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl.
Timoho II No. 06 Kel. Bulusan
Kec. Tembalang, Semarang
e-mail : yogopraptow@yahoo.com
Pendidikan : - SD Negeri
Kaibon (1999-2005)
- SMP Negeri 1 Ambal (2005-2008)
- SMA Negeri 1 Kutowinangun (2008-2011)
- Universitas Diponegoro (2011-selesai)
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No
|
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat
|
Ajang
/ Publikasi
|
Tahun
|
1
|
Pemberian Limbah Kulit Pisang Untuk Memelihara Saluran
Pencernaan dan Mencegah Diare pada Anak Kambing Pra-Sapih
|
PIM (Pekan Inovasi Mahasiswa) UNDIP
|
2012
|
2
|
Pengaruh Pemberian Onggok yang Ditambahkan Bakteri Asam
Laktat dari Ekstrak Limbah Sayur Fermentasi Terhadap Perkembangan Saluran
Pencernaan dan Produktivitas Ayam Broiler
|
PPIM Jawa Tengah
|
2011
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Yogo
Prapto Widodo
NIM. 23010111130071
II. Anggota
Nama : Ahmad Khoirudin
NIM :
23010111130093
Tempat/ tgl
lahir : Temanggung, 25 Agustus 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl.
Timoho II No. 06 Kel. Bulusan,
Kec. Tembalang, Semarang
e-mail : ahmad.kh08@gmail.com
Pendidikan : - SDN 2 Gondangwayang (1999-2005)
-
SMPN 3 Mranggen (2005-2008)
-
SMAN 2 Mranggen (2008-2011)
-
Universitas Diponegoro (2011-selesai)
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No
|
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat
|
Ajang
/ Publikasi
|
Tahun
|
1
|
“Selera Desa” Warung Sederhana Khas Surabaya
|
PPIM Jawa Tengah
|
2011
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Ahmad
Khoirudin
NIM.
23010111130093
III. Anggota
Nama : Angger Tegar
Prasetyo
NIM :
23010111130083
Tempat/ tgl
lahir : Grobogan, 6 Oktober 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Banjarsari, Gg. Tunjungsari 28B Kec.Tembalang,
Semarang
e-mail : chesstoos@yahoo.co.id
Pendidikan : - SDN 2 Wirosari (1999-2005)
-
SMPN 1 Wirosari (2005-2008)
-
SMAN 1 Wirosari (2008-2011)
-
Universitas Diponegoro (2011-selesai)
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No
|
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat
|
Ajang
/ Publikasi
|
Tahun
|
1
|
Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Produktivitas Pakan non Hijauan
(Gembili) Dalam Pot
|
Hibah Penelitian Undip
|
2011
|
2
|
Usaha Pembuatan Briket dari Kotoran Sapi
|
PPIM Jawa Tengah
|
2011
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Angger
Tegar Prasetyo
NIM.
23010111130083
IV. Anggota
Nama : Tri Vidyanto
NIM :
23010111120056
Tempat/ tgl
lahir : Mojokerto,
2 Mei 1992
Agama : Islam
Alamat : Jalan
Timoho I No.20, Kel.Bulusan, Kec.Tembalang, Semarang
e-mail : vetri51@yahoo.co.id
Pendidikan : - SDN Sumolawang 1999-2005
-
SMPN 1 Puri 2005-2008
-
SMAN 1 Sooko 2008-2011
-
Universitas Diponegoro 2011-selesai
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No
|
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat
|
Ajang
/ Publikasi
|
Tahun
|
1
|
Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Produktivitas Pakan non Hijauan
(Gembili) Dalam Pot
|
Hibah Penelitian Undip
|
2011
|
2
|
Usaha Pembuatan Briket dari Kotoran Sapi
|
PPIM Jawa Tengah
|
2011
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Tri
Vidyanto
NIM.
23010111120056
V. Anggota
Nama : Iqbal
NIM :
23010111120010
Tempat/ tgl
lahir : Mojokerto,
2 Mei 1992
Agama : Islam
Alamat : Jalan
Timoho I No.20, Kel.Bulusan, Kec.Tembalang, Semarang
e-mail : sarungbolong23@yahoo.co.id
Pendidikan :
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat :
No
|
Karya
Ilmiah yang Pernah Dibuat
|
Ajang
/ Publikasi
|
Tahun
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Muhammad Iqbal
NIM.
23010111130010
VI.
Dosen Pendamping
a.
Nama Lengkap
|
:
|
|
b.
Tempat, tanggal lahir
|
:
|
|
c.
NIP
|
:
|
|
d.
Pangkat/Golongan
|
:
|
|
e.
Jabatan Fungsional
|
:
|
|
f.
Jenis Kelamin
|
:
|
|
g.
Pekerjaan
|
:
|
|
h.
Alamat kantor
|
:
|
|
i.
Alamat Rumah
|
:
|
|
|
|
|
j.
Riwayat Pendidikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Semarang, 8 Oktober 2012
Yang
menyatakan,
Pak
Abduh
NIP.
23010111120056