Sunday, November 24, 2013

Iklan Gita Wirjawan Justru Membuat Orang Antipati



Tahun politik 2013 ini memang sangat hiruk pikuk; tahun yang dijejali oleh orang-orang yang tiba-tiba menokohkan diri agar rakyat mau memilihnya menjadikan pemimpin, yaitu Presiden RI.

Salah satu figur yang turut menyesaki hingar bingar tahun politik ini adalah Gita Wirjawan, menteri perdagangan yang masih aktif tetapi kini sibuk berkampanye untuk ambil bagian dalam “perjudian” pilpres 2014 yang akan datang melalui jalur Konvensi Partai Demokrat.

Bukan masalah boleh ataupun tidaknya seseorang mencalonkan diri jadi capres; semua orang berhak melakukannya. Tetapi, pada posisi dimana “permainan” belum dimulai, berkampanye jor-joran adalah termasuk perbuatan mencuri, tepatnya mencuri start.

Memang semua figur yang mencalonkan diri saat ini bisa dikatakan juga mencuri start. Seluruh ruang publik, baik billboard, iklan di badan kendaraan, media TV, koran radio dan internet pun berusaha mereka “kangkangi” dengan harapan nama mereka dikenal dan popularitas serta elektabilitas mereka meningkat.

Tetapi saat ini menonjolkan diri melalui iklan seperti tersebut di atas bukan lagi cara yang efektif untuk menarik simpati; iklan yang memborbardir ruang publik tersebut justru membuat rakyat sinis dan antipati.

Rakyat lebih suka dan simpati serta jatuh hati pada figur yang tampil dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Saat ini rakyat sangat merindukan seorang pemimpin yang populer karena hasil kerjanya. Rakyat sudah tidak bisa lagi “dibodohi” oleh tokoh yang populer karena sering muncul di iklan. Rakyat apabila mau memilih tokoh yang bisa memberi garansi bahwa dia bisa bekerja, bekerja dan bekerja untuk rakyat dan mengatasi masalah bangsa.

Bila tujuannya untuk mensosialisasikan ketokohannya, sebagai menteri perdagangan Gita Wirjawan sebenarnya bisa memanfaatkan posisinya dengan cara bekerja keras mengatasi karut marutnya pasar dan harga komoditi kebutuhan rakyat. Dengan mampu membuktikan hasil kerja mengendalikan harga daging yang menjulang tinggi, harga kedelai yang tak terkendali dan harga-harga komoditas kebutuhan pokok rakyat lain yang semakin tak terjangkau, rakyat pasti jatuh hati pada Gita Wirjawan.

Yang terjadi, saat ini hampir tidak ada ruang yang tidak ada iklan Gita Wirjawan; iklan-iklan yang cenderung apabila berisi wacana, janji dan ilustrasi; bukan ekspos hasil kinerjanya sebagai menteri perdagangan. Akibatnya rakyat bukan menjadikan simpati, tetapi (sekali lagi) iklan tersebut justru menciptakan antitesa dengan harapan rakyat yang membuat mereka terganggu dan antipati.

sumber

No comments:

Post a Comment