`TUGAS OPTIMALISASI
MANAJEMEN FEEDLOT
JENIS USAHA : PENGGEMUKKAN
TRI NUGRAHA FARM
DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO, GETASAN-KABUPATEN
SEMARANG.
Disusun
Oleh:
Jayuli 23010110110094
Budi Wihardyanto
U 23010110120120
Muhammad Syaifur
R 23010110130161
Jessica Sibarani 23010110110006
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
EVALUASI
PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT
No
|
Aspek
dan Kondisi Observasi
|
Evaluasi
|
Solusi
|
Referensi
|
1.
|
Kondisi Sosial Ekonomi Peternakan
a. Nama Perusahaan: Trinugraha Farm
b. Alamat Peternakan : RT 01 RW
01 Dusun Pongangan Desa Samirono Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
c. Pemilik Perusahaan: Rachmatullah
d. Sejarah Peternakan: Berdiri Mei 2009
e. Status Perizinan: Dinas Peternakan
f. Luas Areal Peternakan: 3,5 Ha
g. Luas Bangunan: 5000 m2
h. Sistem Pemeliharaan: Intensif
i. Populasi: 525 ekor (7 Februari 2013)
j. Respon
Masyarakat: Menerima
k.
Jumlah tenaga kerja : 30
l.
gaji pekerja : Staf : 1.500.000 – 3.000.000
anak kandang : 825.000
m. jarak dengan pembuangan kotoran : 5 m
|
Peternakan trinugraha farm berada
pada desa Samirono yang memiliki jumlah populasi sapi terbanyak ke empat di
getasan.
peternakan ini sebenarnya adalah
peternakan rakyat yang gagal. Bangunan peternakan kemudian dibeli dan diambil alih sebagai perusahaan peternakan.
luas areal peternakan cukup untuk
membuat kandang sapi dengan kapasitas cukup banyak serta mampu menyediakan
lahan hijauan pakan dan pembuangan limbah. jumlah ternak sapi potong cukup
banyak umtuk menyediakan daging.jumlah tenaga kerja sedikit, karena 30
pekerja tidak semuanya menjadi pekerja kandang untuk mengawasi sapi. 8
pekerja bekerja memproduksi konsentrat. Hanya 18 pekerja yang murni
menjadi pekerja di kandang.
gaji tenaga kerja (anak kandang)
masih dibawah UMR Kab. Semarang
|
gaji anak
kandang perlu dinaikkan.
jarak kandang dengan tempat pembuangan limbah
perlu ditambah jumlah tenaga kerja untuk kandang perlu ditambah sehingga pemeliharaan
sapi menjadi optimal.
|
UMR Kab. Semarang Rp. 1.200.000
Rianto dan Purbowati (2010) menyatakan bahwa jarak tempat pembuangan
kotoran sekurang-kurangnya 10 meter dari kandang.
|
2.
|
Keadaan Umum
a. Lokasi : Lampiran
b.Tata Letak/ Lay Out :Lampiran
c.Curah Hujan :± 1250 mm
d.Suhu Lingkungan : ± 26o C
e.Kelembaban : ± 66%
f.Ketinggian (dpl) : ± 1300 m
|
lokasi peternakan mudah di akses
karena dekat dengan jalan utama desa.
curah hujan sudah sesuai dan cocok
untuk pengembangan peternakan sapi.
Suhu dan kelembaban kandang dan lingkungan kandang berada pada
kisaran suhu optimal yang dibutuhkan sapi untuk tumbuh dan berkembang sehingga sapi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
|
|
Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain temperatu,
curah hujan, arah angin, kelembaban, topografi, dan kapasitas lingkungan.
Sapi potong dapat tumbuh optimal di daerah dengan kisaran suhu 10-270C dengan lokasi yang bercurah hujan 800-1.500mm/tahun.. Kelembaban yang
ideal bagi sapi potong adalah 60-80%
(Abidin, 2002)
|
3.
|
Perkandangan
a. Jumlah Kandang : 12 buah
b. Tipe Kandang: terbuka face to face dan tail to tail
c. Lantai Kandang: Karpet karet
d. Dinding Kandang: Tembok
e. Atap Kandang: Asbes, dua
segitiga (cekung tengah)
f. Ukuran Kandang: 60 x 7 m (Kandang C
dan kandang D)
g. Kapasitas Kandang:872 ekor
h. Bahan Kandang: Beton, Kayu, dll
i. Jenis Kandang: Kandang Individu
j.Peralatan
Kandang: Sekop, Garuk, Kereta, Sprayer, Gayung, dll.
|
Berdasarkan hasil observasi dalam
praktikum menejemen ternak potong dan kerja yang dilakukan di kaloran didapat
hasil disamping. Pada dasarnya semua sudah berjalan baik, baik pemilihan
model kandang yang menggunakan tertutup mengingat posisi peternakan di tepi
hutan, juga udara yang dingin tidak cocok jika memekai kandang terbuka.
Pemilihan bahan juga cukup sesuai dengan memanfaatkan SDA yang ada, dimana
pada diding kandang menggunakan tembok yang lebih hangat,
Bahan atap yang terbuat dari asbes juga cukup baik karena juga dapat menyerap
panas. Lantai kandang yang terbuat dari karpet karet sudah baik karena dapat mempermudah dalam pembersihan, jadi dapat
terhindar dari penyakit-penyakit yang timbul akibat kurangnya kebersihan.
Perlengkapan kandang masih dirasa kurang karena penampungan kotoran hanya
dibiarakan ditumpuk dibelakang kandang
Bentuk atap yang
cekung di tengah menyebabkan air tertampung tengah atap kandang yang
mengakibatkan sering terjadinya kebocoran saat hujan.
Tataletak kandang
tidak baik. Karena posisi gudang yang berada di daerah tanah lebih rendah dari kandang dan pintu yang
menghadap berlawanan dengan kandang sehingga harus melewati jalan memutar
untuk menyupali pakan, walaupun jaraknya cukup dekat. jarak kandang dengan
tempat pembuangan kotoran terlalu dekat sehingga memudahkan dalam pembuangan
tetapi berefek negative pada kesehatan ternak.
|
Kemiringan lantai jalan dalam kandang
hekdaknya diperhatikan . jalan kandang yang cenderung tidak dapat mengalirkan
air sehingga terjadi genangan air di tengah jalan. Sehingga kemiringan perlu
ditambah lagi.
Selokan kotoran seharusnya dapat menampung
dan mengalirkan air beserta kotoran yang terbawa menuju tampat pembuangan.
Air dan kotoran sering macet ditengah menunjukkan perlunya perbesaran dan
pendalaman selokan serta menambah kemiringan selokan agar air dan kotoran
dapat turun dengan lancar.
Bentuk atap perlu diganti untuk mengurangi
tingkat kebocoran ditengah.
Posisi gudang pakan disesuaikan dengan
kemiringan tanah, sebaiknya berada pada posisi atas dan pintu terhubung
dengan kandang sehingga memudahkan dalam pengiriman pakan.
|
Kandang yang ada di daerah dataran
tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai yang anginnya kencang,
dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat (Rasyid, 2007). Gudang pakan untuk konsentrat hendaknya terhindar
dari serangan hama gudang seperti tikus, kecoak, dan jenis serangga lainya
(Rianto, 2010)
Beberapa perlengkapan kandang untuk
sapi potong meliiputi : palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran
darinase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang.
Disaping itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak
diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang (Rasyid,
2007)
|
4.
|
Sanitasi
dan Kesehatan
a.Jenis Limbah: Feses dan Sisa Pakan
b.Tempat Pembuangan: Penampungan Feses
c.Program
Penanganan: Sanitasi, Vaksinasi dan Desinfeksi
d.Progran Vaksinasi: Pada
Awal Ternak Datang
e.Jenis Vaksin : Obat Cacing, Antibiotik dan Vitamin
|
Sanitasi
dilakukan dua kali sehari dengan
membersihkan feses dan sisa pakan yang terjatuh dan yang tidak termakan.
Penanganan ternak yaitu diberikan vitamin,vaksinasi saat ternak awal datang
dan desinfektan sehingga ternak tidak rentan terhadap penyakit, ternak juga
diberi obat cacing pada saat awal tiba dipeternakan.
Belum
adanya kandang untuk karantina ternak sakit sehingga
ternak sakit dan ternak sehat terjadi kontak secara langsung.
|
Kandang
karantina sangat diperlukan dalam rangka mengisolasi ternak sakit agar tidak
menyebar pada ternak sehat.
|
Pengendalian
penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatannya dengan
tindakan pencegahan, sebagai berikut: kebersihan kandang beserta peralatannya
harus dijaga termasuk memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi
sehat dan segera dilakukan pengobatan, lantai kandang diusahakan selalu dalam
keadaan kering, kesehatan sapi diperiksa secara teratur dan dilakukan
vaksinasi. (Susilorini et al., 2011).
|
5.
|
Pakan
a.Jenis Pakan:1. Pakan Kasar (Jerami padi)
2. Konsentrat (Onggok,
Pollard, Bekatul, Kulit Kacang, Bungkil Sawit, Molases, Ampas Kecap, Calcit)
b.Asal Pakan :Lampiran
c.Harga Bahan Pakan : Lampiran
d.Pola Penyajian Pakan:Frequency
Feeding
e.Perbandingan Pakan : Lampiran
f.Jumlah Pemberian Pakan : Lampiran
g.Jumlah Pemberian Minum : adlibitum
h.KetersediaanPakan :
Tersedia
i. Pemberian pakan : diberikan 2 kali sehari
|
Ada dua jenis pakan yang diberikan yaitu pakan
kasar (jerami padi) dan konsentrat (Onggok, Pollard, Bekatul, Kulit Kacang,
Bungkil Sawit, Molases, Ampas Kecap, Calcit). Pakan sebagian didapatkan di sekitar semarang
dan sebagain dari luar kota dan luar jawa. Pemberian pakan dua kali sehari
setiap pagi dan sore hari.
|
.
|
Pakan adalah
bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak untuk mencukupi kebutuhan
nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,
reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan), serta laktasi. Bahan pakan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu hijauan dan konsentrat (Blakely dan Bade, 1994).
Pakan yang diperlukan harus cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening), dan kombinasi
keduanya. (Susiloriri et al.,
2011).
|
6.
|
Performa ternak
:
a. BB awal : 350 kg
b. BB
akhir
: 500 kg
c. PBBH : 1 kg/hari
d. FCR : 10,18
e. Efisiensi Pakan : 9,82%
f. Feed Cost per Gain : Rp 17.317,5 /kg BB/hari
|
Lama penggemukan sapi berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
ternak dipotong menyesuaikan dengan jumlah permintaan pada pasar terutama
pada restoran yang dimiliki yaitu restoran “Hanamasya” dengan bobot minimal
500 kg.
Efisiensi dan konversi pakan sudah baik.
Feed cost per gain sudah baik karena harga untuk pertambahan 1
kg bobot badan cukup murah.
|
|
Perbedaan
efisiensi penggunaan pakan antara lain disebabkan oleh kapasitas retensi
protein atau pertumbuhan urat daging, komposisi pertambahan berat badan, dan
distribusi konsumsi energi antara untuk hidup pokok dan produksi (Parakkasi,
1995). Daya cerna ternak yang bersangkutan, kualitas pakan serta keserasian
nutrien pakan dapat mempengaruhi besar kecilnya angka konversi pakan
(Anggorodi, 1984) Konversi pakan yang
baik adalah 8,56 sampai 13,29 dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi
berkisar 7,52-11,29% (Siregar, 2001). Sapi peranakan Simental merupakan
bangsa sapi persilangan dengan pertambahan bobot badan berkisar antara 0,6
sampai 1,5 kg/hari (Ngadiyono, 2007).
|
7.
|
Pengadaan bakalan dan Pemasaran
a.Bangsa: Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental
b.Asal :
Magetan, Bawen, Pongangan, Candi
c.Harga: Rp. 33.000/kg
d.Kriteria Pemilihan Bakalan :Sehat, Bersih
e.Tempat Pembelian Bakalan : Pasar Hewan, Blantik
f.Lama Penggemukan :
4-6 bulan
g.Penanganan Awal/Adaptasi : 2 minggu
h.Produk yang Dipasarkan: Sapi Potong
i.Penentuan Harga Jual: Bagi Hasil Jagal
j.Sistem Pemasaran: Jagal
k.Kriteria Sapi Layak Dijual: Bobot ± 500 kg
|
Pemilihan bakalan berdasarkan pada
umur dan penampilan ternak. Pengadaan bakalan masih berdasarkan pada bobot
badan semata, sedangkan untuk umur ternak tidak diperhitungkan. Lama
penggemukan tidak pasti.
|
Umur ternak yang digunakan sebagai bakalan berkisar antara 1-2
tahun dengan bobot badan 300-350 Kg dan berpenampilan dengan bentuk tubuh
yang ideal untuk sapi potong. Kadang sapi yang dibeli hanya didasarkan pada
penampilan saja. Ternak tersebut dilihat masih dapat digemukkan, memberi
keuntungan, efisien tinggi serta persentase karkas tinggi maka dijadikan
bakalan meski umur labih dari 2.5 tahun.
|
Peternak atau
pengusaha yang telah melakukan kegiatan produksi, selanjutnya akan melakukan
kegiatan pemasaran produk. Kegiatan pemasaran peternakan terdiri dari
pengumpulan informasi pasar, penyimpanan, pengangkutan, dan penjualan (Rianto
dan Endang, 2009). Beberapa hari sebelum penggemukan
selesai, peternak mengetahui sasaran pemasaran serta harga sapi yang akan
dijual. Penaksiran tersebut berdasarkan bobot badan dan harga sapi yang
sedang berlaku di pasaran (Siregar,
2002).
|
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. PenggemukanSapiPotong. PT. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Devendra, C dan M. Burn. 1983. Produksi
Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana.
Bandung.
Hartadi, et.al. Tabel Komposisi
Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kearl, L.C. 1982. Nutrient
Requieremen of Ruminants in Developing Countries. International feedstuffs
Intitute. Utah Agriculture Experiment Station. Utah State University. Logan.
Utah 843222, USA.
Purbowati, E., dan E. Rianto
2011.Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Sudarmono, A.S., dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Soulsby, EJL. 1986. Helminths Arthopods and
Protozoa of Domesticated Animal. Edisi ke-7. Bailliere Tindall. London.
Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarso, B., R. Sajuti, C.
Muslim. 2005. Tinjauan Ekonomi Ternak Sapi Potong di Jawa Timur.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor
Lampiran 1. Perhitungan BK
Pakan
Tabel 1. Tabel 1.BK Jerami
Bahan Pakan
|
Berat Loyang (g)
|
Sampel sebelum Dioven (g)
|
Loyang dan Sampel setelah Dioven (g)
|
Jerami 1
|
18,938
|
10,002
|
25,326
|
Jerami 2
|
31,042
|
10,001
|
37,724
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.
BK Jerami 1 = 25,326-18,938x100%
10,002
= 63,87%
|
BK Rumput 2 = 37,724-31,042×100%
10,001
=
66,81%
|
BK rata-rata Jerami = 63,87%+ 66,81% = 65,34%
2
Tabel 2. BK Konsentrat
Bahan Pakan
|
Berat Loyang (g)
|
Sampel sebelum Dioven (g)
|
Loyang dan Sampel setelah Dioven (g)
|
Konsentrat 1
|
6,847
|
10,006
|
15,469
|
Konsentrat 2
|
6,832
|
10,002
|
15,399
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.
BK Konsentrat 1 = 15,469 –
6,847x100%
10,006
= 86,16%
|
BK konsentrat 2 = 15,399-6,832×100%
10,002
=
85,65%
|
BK rata-rata konsentrat = 86,16+ 85,65% = 85,90%
2
Lampiran 2. Perhitungan
Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 10. Kebutuhan BK, PK, TDN
Sapi Potong
Bobot Badan (kg)
|
Pertambahan bobot badan (g)
|
Kebutuhan BK (kg)
|
Kebutuhan PK (kg)
|
Kebutuhan TDN (kg)
|
400
|
1,0
|
9,3
|
0,913
|
6,2
|
425
|
1,0
|
9,5
|
0,919
|
6,3
|
500
|
1,0
|
10,2
|
0,952
|
6,8
|
|
|
|
|
|
Sumber: Kearl, 1982.
Kebutuhan BK
Bobot Atas – Bobot Bawah
|
=
|
BK Atas – BK Bawah
|
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
|
Kebutuhan BK – BK Bawah
|
500 – 400
|
=
|
10,2 – 9,3
|
425 – 400
|
x – 9,3
|
= 9,5 kg
Kebutuhan PK
Bobot Atas – Bobot Bawah
|
=
|
PK Atas – PK Bawah
|
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
|
Kebutuhan PK – PK Bawah
|
500 – 400
|
=
|
0,952 – 0,913
|
425 – 400
|
x – 0,913
|
= 0,919 kg
Kebutuhan TDN
Bobot Atas – Bobot Bawah
|
=
|
TDN Atas – TDN Bawah
|
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
|
Kebutuhan TDN – TDN Bawah
|
500 – 400
|
=
|
6,8 – 6,2
|
425 – 400
|
x – 6,2
|
= 6,3 kg
Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 4 .Standar Kandungan
BK, TDN, dan PK Bahan Pakan
Bahan Pakan
|
Kandungan BK
(%)
|
Dalam 100%
BK
|
|
|
|
Kandungan
TDN (%)
|
Kandungan PK
(%)
|
Jerami
|
65,35a
|
39,00b
|
3,70b
|
Konsentrat
|
85,90a
|
68,00c
|
13,00c
|
Sumber : a Data Primer Manajemen Feedlot, 2013.
b Hartadi
et al., 1993.
c
Trinugraha farm, 2013.
Tabel 12. Konsumsi Pakan
Bahan Pakan
|
Pemberian Pakan
|
Sisa Pakan
|
Konsumsi Pakan
|
Jerami padi
|
4 Kg
|
0,25 Kg
|
3,75 Kg
|
Konsentrat
|
9 Kg
|
0 Kg
|
9 Kg
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013
Bahan Pakan
|
BK (%)
|
Konsumsi (kg BS)
|
Konsumsi (kg BK)
|
Konsumsi TDN (kg BK)
|
Konsumsi PK (kg BK)
|
Kadar BK x Konsumsi BS
|
Kadar TDN x Konsumsi BK
|
Kadar PK x konsumsi BK
|
|||
Jerami Padi
|
65,35
|
4 Kg
|
65,35 % x 4 Kg = 2,45Kg
|
39 % x 2,45 Kg = 0,96 Kg
|
3,7 % x 2,45 Kg = 0,09 Kg
|
Konsentrat
|
85,90
|
9 Kg
|
85,90% x 9 Kg = 7,73 Kg
|
68 % x 7,73 Kg = 5,26 Kg
|
13 % x 7,73 Kg = 1,00 Kg
|
Total
|
|
13 Kg
|
= 10,18
Kg
|
= 6,22 Kg
|
= 1,09 Kg
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.
Tabel 13. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan
dengan Kebutuhan
Sampel Sapi Potong
|
BK (kg)
|
TDN (kg BK)
|
PK (kg BK)
|
||||||
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
Kebutuhan
|
Konsumsi
|
Kelebihan
|
|
1
|
9,5
|
10,18
|
0,68
|
6,3
|
6,22
|
-0.08
|
0,92
|
1,09
|
0,17
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.
Lampiran 5. Komposisi dan Harga Bahan
Pakan
Bahan Pakan
|
Persentase (%)
|
Asal
|
Harga (/kg)
|
Onggok
|
12
|
Lampung
|
1700
|
Pollard
|
20
|
Semarang, Boyolali
|
2550
|
Bekatul
|
40
|
Boyolali, Tengaran, Temanggung
|
1900
|
Kulit Kacang
|
6
|
Sragen
|
675
|
Bungkil Sawit
|
10
|
Kalimantan
|
950
|
Molases
|
1
|
Kediri
|
1600
|
Ampas Kecap
|
10
|
Boyolali, Bekasi
|
1900
|
Calcit
|
1
|
Semarang
|
400
|
Jerami Padi
|
-
|
Boyolali
|
250
|
Sumber : Trinugraha farm, 2013.
Lampiran 4. Perhitungan Performa
Ternak
BB awal :
350 kg
BB akhir :
500 kg
Lama pemeliharaan : 5 bulan
PBBH :
:
: 1 kg/hari
Konversi Pakan :
:
:
10,18
Efisiensi Pakan :
:
:
9,82 %
Perhitungan Feed Cost per gain
= (Harga Jerami x konsumsi) + (Harga konsentrat x konsumsi)
PBBH
= (Rp 250 x 3,75kg) + (Rp 1820x 9 kg)
1
= Rp 17317,5
1
= Rp 17317,5 per Kg bobot badan per hari
Biaya Pakan
Per Hari
= (pemberian pakan/hari x harga
pakan)
= (4 x 250 ) + ( 1820 x 9 )
= 1.000+ 16.380
= Rp 17.380
Lampiran
5. Analisis tenaga kerja
Gaji yang diberikan = Rp. 825.000/bulan
Gaji 1jam kerja =
: 7 =
Rp. 4533/jam
UMR Kabupaten Semarang =
: 7 = Rp 6593 / jam
Lampiran 5. Analisis Usaha
Pengeluaran
(per 5 bulan)
a. Bakalan (BB : 350 @Rp 26.000,00) = 350 x Rp 33.000,00 x 75 ekor = Rp 866.250.000,00
b. Pakan (Rp 17.380,00/hari)
= Rp 17.380 x 150 x 75 ekor =
Rp 195525000,00
c.Obat-obatan = Rp 500.000,00 x5 = Rp 2.500.000,00
d. Faktor penyusutan kandang = Rp 1.000.000 x5 = Rp 5.000.000,00
e. Biaya Pekerja kandang = 26 x Rp. 825.000,00 x5 =
Rp 107250000,00
Biaya Pekerja staf =
4 x Rp. 2.000.000,00 x 5 =
Rp 40000000,00
f. Biaya air = Rp
2.000.000.00 x5 = Rp 10.000.000,00
g. Listrik =
Rp 1.500.000,00 x5 =
Rp 7.500.000,00
f. Penyusutan Peralatan = Rp 500.000,00 x5 =
Rp 2.500.000,00
h. Transportasi = Rp 500.000 x 5 = Rp 2.500.000,00
Total
Pengeluaran Rp 1.239.025.000
Pemasukan
Sapi (BB: 500 Kg) = 500 Kg x Rp 35.000,00 x 75 = Rp 1312500000,00
Total
Pemasukan Rp 1312500000,00
Keuntungan
-
Total Pemasukan =
Rp 1.312.500.000,00
- Total
Pengeluaran = Rp 1.239.025.000,00 –
Keuntungan Rp 73.475.000,00
Keuntungan per ekor/hari =
Rp. 5442.59
Lampiran 6. Layout
denah kandang
No comments:
Post a Comment