Thursday, September 12, 2013

contoh laporan feedlot undip



`TUGAS OPTIMALISASI
MANAJEMEN FEEDLOT

KOMODITAS  : SAPI POTONG
JENIS USAHA : PENGGEMUKKAN

TRI NUGRAHA FARM
DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO, GETASAN-KABUPATEN SEMARANG.


 



                                                                                                                                             



Disusun Oleh:

Jayuli                                            23010110110094
Budi Wihardyanto U                  23010110120120
Muhammad Syaifur R                23010110130161
Jessica Sibarani                           23010110110006



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN FEEDLOT

No
Aspek dan Kondisi Observasi
Evaluasi
Solusi
Referensi
1.
















Kondisi Sosial Ekonomi Peternakan
a.  Nama Perusahaan: Trinugraha Farm
b.   Alamat Peternakan : RT 01 RW 01 Dusun Pongangan Desa Samirono Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
c.  Pemilik Perusahaan: Rachmatullah
d.  Sejarah Peternakan: Berdiri Mei 2009
e.  Status Perizinan: Dinas Peternakan           
f.  Luas Areal Peternakan: 3,5 Ha
g.  Luas Bangunan: 5000 m2
h.  Sistem Pemeliharaan: Intensif
i.   Populasi: 525 ekor (7 Februari 2013)
j.   Respon Masyarakat: Menerima
k.   Jumlah tenaga kerja : 30
l.  gaji pekerja : Staf : 1.500.000 – 3.000.000
anak kandang : 825.000
m. jarak dengan pembuangan kotoran : 5 m
Peternakan trinugraha farm berada pada desa Samirono yang memiliki jumlah populasi sapi terbanyak ke empat di getasan.
peternakan ini sebenarnya adalah peternakan rakyat yang gagal. Bangunan peternakan kemudian dibeli dan  diambil alih sebagai perusahaan peternakan.
luas areal peternakan cukup untuk membuat kandang sapi dengan kapasitas cukup banyak serta mampu menyediakan lahan hijauan pakan dan pembuangan limbah. jumlah ternak sapi potong cukup banyak umtuk menyediakan daging.jumlah tenaga kerja sedikit, karena 30 pekerja tidak semuanya menjadi pekerja kandang untuk mengawasi sapi. 8 pekerja bekerja memproduksi konsentrat. Hanya 18 pekerja yang murni menjadi pekerja di kandang.
gaji tenaga kerja (anak kandang) masih dibawah UMR Kab. Semarang
 gaji anak kandang perlu dinaikkan.
jarak kandang dengan tempat pembuangan limbah perlu ditambah jumlah tenaga kerja untuk kandang perlu ditambah sehingga pemeliharaan sapi menjadi optimal.

UMR Kab. Semarang Rp. 1.200.000
Rianto dan Purbowati (2010) menyatakan bahwa jarak tempat pembuangan kotoran sekurang-kurangnya 10 meter dari kandang.
2.
Keadaan Umum
a. Lokasi              : Lampiran
b.Tata Letak/ Lay Out :Lampiran
c.Curah Hujan     :± 1250 mm
d.Suhu Lingkungan    : ± 26o C
e.Kelembaban      : ± 66%
f.Ketinggian (dpl)       : ± 1300 m

lokasi peternakan mudah di akses karena dekat dengan jalan utama desa.
curah hujan sudah sesuai dan cocok untuk pengembangan peternakan sapi.
Suhu dan kelembaban kandang dan lingkungan kandang berada pada kisaran suhu optimal yang dibutuhkan sapi untuk tumbuh dan berkembang sehingga sapi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.


Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain temperatu, curah hujan, arah angin, kelembaban, topografi, dan kapasitas lingkungan. Sapi potong dapat tumbuh optimal di daerah dengan kisaran suhu 10-270C dengan lokasi yang bercurah hujan 800-1.500mm/tahun.. Kelembaban yang ideal bagi sapi potong adalah 60-80%  (Abidin, 2002)
3.
Perkandangan
a.  Jumlah Kandang : 12 buah
b.  Tipe Kandang: terbuka face to face dan  tail to tail
c.  Lantai Kandang: Karpet karet
d.  Dinding Kandang: Tembok
e.  Atap Kandang: Asbes, dua segitiga  (cekung tengah)
f.  Ukuran Kandang: 60 x 7 m (Kandang C dan kandang D)
g.  Kapasitas Kandang:872 ekor
h.  Bahan Kandang: Beton, Kayu, dll
i.   Jenis Kandang: Kandang Individu
j.Peralatan Kandang: Sekop, Garuk, Kereta, Sprayer, Gayung, dll.
Berdasarkan hasil observasi dalam praktikum menejemen ternak potong dan kerja yang dilakukan di kaloran didapat hasil disamping. Pada dasarnya semua sudah berjalan baik, baik pemilihan model kandang yang menggunakan tertutup mengingat posisi peternakan di tepi hutan, juga udara yang dingin tidak cocok jika memekai kandang terbuka. Pemilihan bahan juga cukup sesuai dengan memanfaatkan SDA yang ada, dimana pada diding kandang menggunakan tembok yang lebih hangat, Bahan atap yang terbuat dari asbes juga cukup baik karena juga dapat menyerap panas. Lantai kandang yang terbuat dari karpet karet sudah baik karena dapat mempermudah dalam pembersihan, jadi dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang timbul akibat kurangnya kebersihan. Perlengkapan kandang masih dirasa kurang karena penampungan kotoran hanya dibiarakan ditumpuk dibelakang kandang
Bentuk atap yang cekung di tengah menyebabkan air tertampung tengah atap kandang yang mengakibatkan sering terjadinya kebocoran saat hujan.
Tataletak kandang tidak baik. Karena posisi gudang yang berada di daerah tanah  lebih rendah dari kandang dan pintu yang menghadap berlawanan dengan kandang sehingga harus melewati jalan memutar untuk menyupali pakan, walaupun jaraknya cukup dekat. jarak kandang dengan tempat pembuangan kotoran terlalu dekat sehingga memudahkan dalam pembuangan tetapi berefek negative pada kesehatan ternak.
Kemiringan lantai jalan dalam kandang hekdaknya diperhatikan . jalan kandang yang cenderung tidak dapat mengalirkan air sehingga terjadi genangan air di tengah jalan. Sehingga kemiringan perlu ditambah lagi.
Selokan kotoran seharusnya dapat menampung dan mengalirkan air beserta kotoran yang terbawa menuju tampat pembuangan. Air dan kotoran sering macet ditengah menunjukkan perlunya perbesaran dan pendalaman selokan serta menambah kemiringan selokan agar air dan kotoran dapat turun dengan lancar.
Bentuk atap perlu diganti untuk mengurangi tingkat kebocoran ditengah.
Posisi gudang pakan disesuaikan dengan kemiringan tanah, sebaiknya berada pada posisi atas dan pintu terhubung dengan kandang sehingga memudahkan dalam pengiriman pakan.
Kandang yang ada di daerah dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat (Rasyid, 2007). Gudang pakan untuk konsentrat hendaknya terhindar dari serangan hama gudang seperti tikus, kecoak, dan jenis serangga lainya (Rianto, 2010)
Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi potong meliiputi : palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Disaping itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang (Rasyid, 2007)
4.
Sanitasi dan Kesehatan
a.Jenis Limbah: Feses dan Sisa Pakan
b.Tempat Pembuangan: Penampungan Feses
c.Program Penanganan: Sanitasi, Vaksinasi dan Desinfeksi
d.Progran Vaksinasi: Pada Awal Ternak Datang
e.Jenis Vaksin : Obat Cacing, Antibiotik dan Vitamin
Sanitasi dilakukan dua kali  sehari dengan membersihkan feses dan sisa pakan yang terjatuh dan yang tidak termakan. Penanganan ternak yaitu diberikan vitamin,vaksinasi saat ternak awal datang dan desinfektan sehingga ternak tidak rentan terhadap penyakit, ternak juga diberi obat cacing pada saat awal tiba dipeternakan.
Belum adanya kandang untuk karantina ternak sakit sehingga ternak sakit dan ternak sehat terjadi kontak secara langsung.
Kandang karantina sangat diperlukan dalam rangka mengisolasi ternak sakit agar tidak menyebar pada ternak sehat.
Pengendalian  penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatannya dengan tindakan pencegahan, sebagai berikut: kebersihan kandang beserta peralatannya harus dijaga termasuk memandikan sapi, sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan, lantai kandang diusahakan selalu dalam keadaan kering, kesehatan sapi diperiksa secara teratur dan dilakukan vaksinasi. (Susilorini et al., 2011).
5.
Pakan
a.Jenis Pakan:1. Pakan Kasar (Jerami padi)
                       2. Konsentrat (Onggok, Pollard, Bekatul, Kulit Kacang, Bungkil Sawit, Molases, Ampas Kecap, Calcit)
b.Asal Pakan   :Lampiran
c.Harga Bahan Pakan  : Lampiran
d.Pola Penyajian Pakan:Frequency Feeding
e.Perbandingan Pakan : Lampiran
f.Jumlah Pemberian Pakan      : Lampiran
g.Jumlah Pemberian Minum    : adlibitum
h.KetersediaanPakan  : Tersedia
i. Pemberian pakan : diberikan 2 kali sehari

Ada dua jenis pakan yang diberikan yaitu pakan kasar (jerami padi) dan konsentrat (Onggok, Pollard, Bekatul, Kulit Kacang, Bungkil Sawit, Molases, Ampas Kecap, Calcit). Pakan sebagian didapatkan di sekitar semarang dan sebagain dari luar kota dan luar jawa. Pemberian pakan dua kali sehari setiap pagi dan sore hari.
.

Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak untuk mencukupi kebutuhan nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan), serta laktasi. Bahan pakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu  hijauan  dan konsentrat (Blakely dan Bade, 1994). Pakan yang diperlukan harus cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening), dan kombinasi keduanya. (Susiloriri et al., 2011).
6.
Performa ternak :
a. BB awal : 350 kg
b. BB akhir : 500 kg
c. PBBH : 1 kg/hari
d. FCR : 10,18
e. Efisiensi Pakan : 9,82%
f. Feed Cost per Gain : Rp 17.317,5 /kg BB/hari





Lama penggemukan sapi berbeda-beda. Hal ini dikarenakan ternak dipotong menyesuaikan dengan jumlah permintaan pada pasar terutama pada restoran yang dimiliki yaitu restoran “Hanamasya” dengan bobot minimal 500 kg.
Efisiensi dan konversi pakan sudah baik.
Feed cost per gain  sudah baik karena harga untuk pertambahan 1 kg bobot badan cukup murah.

Perbedaan efisiensi penggunaan pakan antara lain disebabkan oleh kapasitas retensi protein atau pertumbuhan urat daging, komposisi pertambahan berat badan, dan distribusi konsumsi energi antara untuk hidup pokok dan produksi (Parakkasi, 1995). Daya cerna ternak yang bersangkutan, kualitas pakan serta keserasian nutrien pakan dapat mempengaruhi besar kecilnya angka konversi pakan (Anggorodi, 1984)  Konversi pakan yang baik adalah 8,56 sampai 13,29 dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar 7,52-11,29% (Siregar, 2001). Sapi peranakan Simental merupakan bangsa sapi persilangan dengan pertambahan bobot badan berkisar antara 0,6 sampai 1,5 kg/hari (Ngadiyono, 2007).

7.
Pengadaan bakalan dan Pemasaran
a.Bangsa: Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental
b.Asal  : Magetan, Bawen, Pongangan, Candi
c.Harga: Rp. 33.000/kg
d.Kriteria Pemilihan Bakalan  :Sehat, Bersih
e.Tempat Pembelian Bakalan  : Pasar Hewan, Blantik
f.Lama Penggemukan : 4-6 bulan
g.Penanganan Awal/Adaptasi : 2 minggu
h.Produk yang Dipasarkan: Sapi Potong
i.Penentuan Harga Jual: Bagi Hasil Jagal
j.Sistem Pemasaran: Jagal
k.Kriteria Sapi Layak Dijual: Bobot ± 500 kg








Pemilihan bakalan berdasarkan pada umur dan penampilan ternak. Pengadaan bakalan masih berdasarkan pada bobot badan semata, sedangkan untuk umur ternak tidak diperhitungkan. Lama penggemukan tidak pasti.
Umur ternak yang digunakan sebagai bakalan berkisar antara 1-2 tahun dengan bobot badan 300-350 Kg dan berpenampilan dengan bentuk tubuh yang ideal untuk sapi potong. Kadang sapi yang dibeli hanya didasarkan pada penampilan saja. Ternak tersebut dilihat masih dapat digemukkan, memberi keuntungan, efisien tinggi serta persentase karkas tinggi maka dijadikan bakalan meski umur labih dari 2.5 tahun.
Peternak atau pengusaha yang telah melakukan kegiatan produksi, selanjutnya akan melakukan kegiatan pemasaran produk. Kegiatan pemasaran peternakan terdiri dari pengumpulan informasi pasar, penyimpanan, pengangkutan, dan penjualan (Rianto dan Endang, 2009). Beberapa hari sebelum penggemukan selesai, peternak mengetahui sasaran pemasaran serta harga sapi yang akan dijual. Penaksiran tersebut berdasarkan bobot badan dan harga sapi yang sedang berlaku di pasaran  (Siregar, 2002).





DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. PenggemukanSapiPotong. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Devendra, C dan M. Burn. 1983. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana. Bandung.

Hartadi, et.al. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requieremen of Ruminants in Developing Countries. International feedstuffs Intitute. Utah Agriculture Experiment Station. Utah State University. Logan. Utah 843222, USA.

Purbowati, E., dan E. Rianto 2011.Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Sudarmono, A.S., dan Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soulsby, EJL. 1986. Helminths Arthopods and Protozoa of Domesticated Animal. Edisi ke-7. Bailliere Tindall. London.

Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Winarso,  B., R. Sajuti, C. Muslim. 2005. Tinjauan Ekonomi Ternak Sapi Potong di Jawa Timur.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor





Lampiran 1. Perhitungan BK Pakan
Tabel 1. Tabel 1.BK Jerami
Bahan Pakan
Berat Loyang (g)
Sampel sebelum Dioven (g)
Loyang dan Sampel setelah Dioven (g)
Jerami 1
18,938
10,002
25,326
Jerami 2
31,042
10,001
37,724
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.

BK Jerami 1 = 25,326-18,938x100%
                                10,002
                     = 63,87%
BK Rumput 2 = 37,724-31,042×100%
                                 10,001
            =   66,81%
BK rata-rata Jerami = 63,87%+ 66,81% = 65,34%
                                                  2

Tabel 2. BK Konsentrat
Bahan Pakan
Berat Loyang (g)
Sampel sebelum Dioven (g)
Loyang dan Sampel setelah Dioven (g)
Konsentrat 1
6,847
10,006
15,469
Konsentrat 2
6,832
10,002
15,399
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.

BK Konsentrat 1 = 15,469 – 6,847x100%
                                    10,006
                            = 86,16%
BK konsentrat 2 = 15,399-6,832×100%
                              10,002
                            =   85,65%

BK rata-rata konsentrat =  86,16+ 85,65% = 85,90%
                                                    2



Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 10. Kebutuhan BK, PK, TDN Sapi Potong
Bobot Badan (kg)
Pertambahan bobot badan (g)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (kg)
Kebutuhan TDN (kg)
400
1,0
9,3
0,913
6,2
425
1,0
9,5
0,919
6,3
500
1,0
10,2
0,952
6,8





Sumber: Kearl, 1982.

Kebutuhan BK

Bobot Atas – Bobot Bawah
=
BK Atas – BK Bawah
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
Kebutuhan BK – BK Bawah

500 – 400
=
10,2 – 9,3
425 – 400
x – 9,3
= 9,5 kg
Kebutuhan PK

Bobot Atas – Bobot Bawah
=
PK Atas – PK Bawah
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
Kebutuhan PK – PK Bawah

500 – 400
=
0,952 – 0,913
425 – 400
x – 0,913
= 0,919 kg


Kebutuhan TDN

Bobot Atas – Bobot Bawah
=
TDN Atas – TDN Bawah
Bobot Rata-rata – Bobot Bawah
Kebutuhan TDN – TDN Bawah

500 – 400
=
6,86,2
425 – 400
x – 6,2
= 6,3 kg








Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 4 .Standar Kandungan BK, TDN, dan PK Bahan Pakan

Bahan Pakan
Kandungan BK (%)
Dalam 100% BK

Kandungan TDN (%)
Kandungan PK (%)
Jerami
    65,35a
39,00b
    3,70b
Konsentrat
      85,90a
68,00c
  13,00c
Sumber :  a Data Primer Manajemen Feedlot, 2013.
                 b Hartadi et al., 1993.
                 c Trinugraha farm, 2013.
             
Tabel 12. Konsumsi Pakan
Bahan Pakan
Pemberian Pakan
Sisa Pakan
Konsumsi Pakan
Jerami padi
4 Kg
0,25 Kg
3,75 Kg
Konsentrat
9 Kg
0 Kg
9 Kg
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013


Bahan Pakan
BK (%)
Konsumsi (kg BS)
Konsumsi (kg BK)
Konsumsi TDN (kg BK)
Konsumsi PK (kg BK)
Kadar BK x Konsumsi BS
Kadar TDN x Konsumsi BK
Kadar PK x konsumsi BK
Jerami Padi
65,35
4 Kg
65,35 % x 4 Kg   = 2,45Kg
39 % x 2,45 Kg   = 0,96 Kg
3,7 % x 2,45 Kg   = 0,09 Kg
Konsentrat
85,90
9 Kg
85,90% x 9 Kg   = 7,73 Kg
68 %  x 7,73 Kg  = 5,26 Kg
13 % x 7,73 Kg   = 1,00 Kg
Total

 13 Kg
                        = 10,18 Kg
                           = 6,22 Kg
                           = 1,09 Kg
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.




Tabel 13. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan
Sampel Sapi Potong
BK (kg)
TDN (kg BK)
PK (kg BK)
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
Kebutuhan
Konsumsi
Kelebihan
1
9,5
10,18
0,68
6,3
6,22
-0.08
0,92
1,09
0,17
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Feedlot, 2013.


Lampiran 5. Komposisi dan Harga Bahan Pakan
Bahan Pakan
Persentase (%)
Asal
Harga (/kg)
     Onggok
12
Lampung
1700
     Pollard
20
Semarang, Boyolali
2550
     Bekatul
40
Boyolali, Tengaran, Temanggung
1900
     Kulit Kacang
6
Sragen
675
     Bungkil Sawit
10
Kalimantan
950
     Molases
1
Kediri
1600
     Ampas Kecap
10
Boyolali, Bekasi
1900
     Calcit
1
Semarang
400
Jerami Padi
-
Boyolali
250
Sumber : Trinugraha farm, 2013.











Lampiran 4. Perhitungan Performa Ternak
BB awal                      : 350 kg
BB akhir                      : 500 kg
Lama pemeliharaan     : 5 bulan

PBBH                         :
                                    :
                                    : 1 kg/hari

Konversi Pakan           :
                                    :
                                    : 10,18
Efisiensi Pakan            :
                                    :
                                    : 9,82 %


Perhitungan Feed Cost per gain
= (Harga Jerami x konsumsi) + (Harga konsentrat x konsumsi)
                                           PBBH
= (Rp 250 x 3,75kg) + (Rp 1820x 9 kg)
                             1
= Rp 17317,5
            1
= Rp 17317,5 per Kg bobot badan per hari
Biaya Pakan Per Hari
= (pemberian pakan/hari x harga pakan)
= (4 x 250 ) + ( 1820 x 9 )
= 1.000+ 16.380
= Rp 17.380


Lampiran 5. Analisis tenaga kerja

Gaji yang diberikan     = Rp. 825.000/bulan

Gaji 1jam kerja  = : 7 = Rp. 4533/jam


UMR Kabupaten Semarang  = : 7 = Rp 6593 / jam


Lampiran 5. Analisis Usaha
Pengeluaran (per 5 bulan)
a. Bakalan (BB : 350 @Rp 26.000,00)           = 350 x Rp 33.000,00 x 75 ekor         = Rp    866.250.000,00
b. Pakan (Rp 17.380,00/hari)                          = Rp 17.380 x 150 x 75 ekor              = Rp      195525000,00
c.Obat-obatan                                                 = Rp 500.000,00 x5                            = Rp        2.500.000,00
d. Faktor penyusutan kandang                       = Rp 1.000.000 x5                              = Rp        5.000.000,00
e. Biaya Pekerja kandang                                = 26 x Rp. 825.000,00            x5                   = Rp      107250000,00
    Biaya Pekerja staf                                       = 4 x Rp. 2.000.000,00 x 5                 = Rp        40000000,00
f. Biaya air                                                      = Rp 2.000.000.00 x5                         = Rp      10.000.000,00
g. Listrik                                                          = Rp 1.500.000,00 x5                         = Rp        7.500.000,00
f. Penyusutan Peralatan                                  = Rp  500.000,00 x5                           = Rp        2.500.000,00   
h. Transportasi                                                 = Rp 500.000 x 5                                = Rp        2.500.000,00
Total Pengeluaran                                                                                                        Rp     1.239.025.000


Pemasukan
Sapi (BB: 500 Kg)                                          = 500 Kg x Rp 35.000,00 x 75           = Rp    1312500000,00
Total Pemasukan                                                                                                         Rp    1312500000,00
                                                                                                                                         
Keuntungan
- Total Pemasukan                                                                                                 = Rp 1.312.500.000,00
- Total Pengeluaran                                                                                               = Rp 1.239.025.000,00 
Keuntungan                                                                                                             Rp   73.475.000,00

Keuntungan per ekor/hari                                                                                 = Rp. 5442.59






Lampiran 6. Layout denah kandang
                                 

No comments:

Post a Comment