Thursday, September 12, 2013

laporan manajemen ternak unggas



BAB I

MATERI DAN METODE

Praktikum Manajemen Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 April sampai dengan hari Rabu 6 Juni 2012. Kegiatan dilaksanakan di Labolatorium  Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

1.1.            Materi
Materi yang diamati dalam praktikum manajemen ternak unggas berupa persiapan kandang, pemeliharaan ayam kampung super, vaksinasi dan prosesing adalah sebagai berikut :

1.1.1.      Persiapan kandang
Materi yang digunakan dalam persiapan kandang yaitu bahan-bahan untuk membersihkan dan membuat kandang litter berukuran 3m2/ kelompok yaitu detergen berfungsi untuk mencuci dan membersihkan, kapur gamping  berfungsi sebagai pengapur agar tidak mudah tumbuh bakteri dan mikroorganisme, desinfektan sebagai biosekurity, bamboo sebagai bahan pembuat dan penyusun kandang, ram kawat sebagai pembatas sekat antar kandang, MMT sebagai pelindung dari gangguan luar. Paku sebagai perekat dan penguat, kawat bendrat sebagai perekat dan pengikat, seng plat sebagai atap kandang, kabel sebagai penghubung dengan aliran listrik. Bahan-bahan lain meliputi lampu, stopkontak, piting, lakban, plastik tirai, tali raffia, sekam. Alat yang digunakan yaitu sapu sebagai pembersih, ember sebagai penampung air untuk minum, sikat sebagai penggosok dan pembersih kandang, alat penyemprot untuk biosekurity, sabit untuk membersihkan lingkungan kandang, palu sebagai pemukul paku, kursi sebagai tempat duduk, tang sebagai pencabut paku dan mematahkan kawat, pisau sebagai alat penyembelih dan pemotong dalam prosessing, gunting sebagai pemotong saat prossesing.  

1.1.2.      Pemeliharaan ayam kampung super
Materi yang digunakan pada pemeliharaan ayam adalah ayam kampung super sebanyak 60 ekor/kelompok dengan jumlah total DOC 240 ekor. Pakan yang diberikan berupa konsentrat jenis BR 1 untuk ayam periode starter 28 hari dan BR 2 + bekatul untuk periode grower 22 hari sampai dengan dijual. Air gula 2% pada saat DOC baru datang. Multivitamin yang diberikan melalui air minum meliputi vitachick dan vitastress. Obat-obatan yang digunakan yaitu dextan yang dipakai untuk mendesinfeksi peralatan, plastik untuk tirai, brooder memakai lampu listrik, chikguard (lingkar kutuk), tali rafia untuk menggantungkan tempat pakan dan minum, sapu untuk membersihkan kandang, timbangan untuk menimbang pakan dan ayam, ember, dan highrometer untuk mengukur fisiologis lingkungan.




1.1.3.      Vaksinasi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol tetes vaksin, gunting, tempat minum. Bahan yang digunakan adalah vaksin untuk penyakit ND dan IBD (Infectious bursal disease) atau gumboro. Vaksin yang digunakan yaitu  vaksin NDB1 (Newcastle Disease)1, vaksin Gumboro gumbovac, vaksin ND2 (Newcastle Disease)2.

1.1.4.      Prosesing
Materi yang digunakan dalam praktikum prosesing  adalah 5 ekor ayam broiler umur 5 minggu. Peralatan yang digunakan adalah meja untuk meletakkan bahan, nampan sebagai penampung, air bersih untuk pencucian, air panas untuk scalding, timbangan sebagai alat penimbang bahan, baskom sebagai tempat penampung, pisau sebagai pemotong, tempat penampungan bulu, es untuk mendinginkan agar lebih awet, plastik pembungkus, alat tulis sebagai media pencatatan dan tabel penilaian karkas.

1.2.            Metode
1.2.1.      Persiapan kandang
Metode yang dilakukan dalam praktikum meliputi tata laksana pemeliharaan peternakan ayam kampung super dimulai dari persiapan kandang seperti mencuci lantai menggunakan detergen, pemberian kapur keseluruh kandang, penyemprotan desifektan, pembuatan 5 flok dengan ukuran 3m2, pembuatan chikguard dengan kardus, pembuatan brooder dengan menggunakan seng plat dan lampu kuning, penaburan sekam padi untuk litter, sebelum DOC datang maka brooder harus dinyalakan, penyediaan air gula untuk DOC ketika datang.

1.2.2.      Pemeliharaan ayam kampung super
Metode yang dilakukan dalam praktikum yaitu meliputi tata laksana pemeliharaan peternakan ayam kampung super dengan prosedur meliputi persiapan sebelum DOC datang yaitu menyalakan lampu brooder selama 1-2 jam dengan tujuan agar suhu di dalam kandang dalam keadaan hangat dan stabil. Kegiatan selanjutnya adalah menurunkan DOC dari mobil, menimbang berat badan DOC dan menghitung jumlah DOC, meletakkan DOC di bawah brooder, memberikan larutan air gula berkadar 2% setelah DOC datang. Memberi pakan yang disebar diatas nampan. Air minum selanjutnya diberikan secara ad libitum yang telah dicampur dengan multivitamin atau anti stress.
Pemberian pakan pada fase starter umur 0-3 minggu dilakukan secara adlibitum. Pencatatan suhu dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan malam hari; suhu yang diamati adalah suhu mikro yaitu suhu di dalam kandang dan kelembaban di dalam kandang. Pembukaan tirai dilakukan secara bertahap setiap satu minggu sepanjang + 3 cm. Selain itu tirai juga akan dibuka apabila ayam merasa kepanasan dengan keadaan ayam panting. Sekam diganti apabila sudah basah dan menggumpal.  Penimbangan ayam dilakukan setiap satu minggu sekali dengan setiap flok diambil 10 sampel. Ayam yang sakit dipindah ke kandang karantina. Pemanenan setelah kampung super umur 60 hari, pemasaran ayam yang telah dipanen ke pedagang ayam kampung super.

1.2.3.      Vaksinasi
Vaksinasi pertama menggunakan vaksin ND 1 melalui tetes mata pada ayam umur 4 hari, vaksinasi kedua menggunakan vaksin gumboro melalui air minum pada ayam umur 10 hari yaitu dengan tidak memberikan makan dan minum 2 jam sebelum vaksinasi, dan vaksinasi ND 2 melalui tetes mata pada ayam umur 24 hari, serta vaksinasi terakhir adalah vaksinasi gumboro pada umur 48 hari melalui tetes mata. Vaksinasi tetes mata akan berhasil masuk ketika ayam sudah mengedip matanya atau seperti menelan pakan, sedangkan untuk vaksinasi lewat air minum ketika air minum itu habis maksimal 2 jam setelah pemberian.

1.2.4.      Processing
Tahapan dan metode yang dilakukan pada waktu processing ayam kampung super adalah sebagai berikut: 1) menimbang bobot badan ayam setelah dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam; 2) memotong atau menyembelih ayam secara Islam yaitu dengan memposisikan ayam ke arah kiblat dan membaca Bismillahirrahmannirahim; 3) menimbang kembali ayam untuk mendapatkan bobot darah; 4) mencelupkan ayam ke dalam air panas selama 5 menit; 5) mencabuti bulu mulai dari bulu-bulu besar pada bagian ekor dan sayap, kemudian bulu pada bagian  kepala, leher, badan, dan kaki; 6) mencuci ayam dengan air bersih sambil mencabuti bulu-bulu jarum dan membersihkan kotoran yang menempel; 7) menimbang kembali ayam untuk mendapatkan bobot bulu dan melakukan penilaian karkas sesuai USDA; 8) mengambil viscera dengan cara memotong perut  bagian bawah 1-3 cm dan dilanjutkan menimbang ayam untuk mendapatkan bobot dressed; 9) menimbang hati, jantung, ampela untuk mendapatkan bobot viscera; 10) menimbang saluran pencernaan sebelum dan sesudah dicuci bersih untuk mendapatkan bobot giblet; 11) memotong kepala, leher, dan kaki untuk mendapatkan bobot karkas; 12) mengambil lemak abdominal jika ada; 13) memotong ayam menjadi potongan komersial;                        14) memisahkan daging dan tulang pada tiap-tiap potongan komersial; 15) mencuci hasil processing dan membungkusnya dengan kantong plastik kedap udara serta memberi label pada kantong plastik.












BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.      Pemeliharaan Ayam Kampung Super
Manajemen pemeliharaan ayam kampung super meliputi persiapan kandang pemeliharaan, penerimaan DOC dan pemeliharaan ayam kampung super. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2009) bahwa dalam memulai usaha peternakan diawali dengan persiapan beternak ayam, pengolahan produksi masa awal dan pengolahan produksi masa akhir. Pengolahan produksi masa awal terdiri dari persiapan kandang produksi, sebelum anak ayam tiba (chik in ), pemeliharaan rutin dan manajemen masa awal. Suprijatna (2005) menambahkan bahwa pemeliharaan merupakan aspek penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, jika pemeliharaannya buruk maka produksi menjadi tidak efisien bahkan rugi.

2.1.1. Persiapan Kandang
DOC membutuhkan yang nyaman, bersih dan hangat untuk itu kandang yang akan digunakan dibersihkan dahulu 7 hari sebelum DOC datang, pembersihan kandang dilakukan pada siang sampai sore hari.  Kandang bagian dalam dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sapu, kemudian disiram dengan air dan deterjen lalu disikat secara menyeluruh setiap sudut-sudut kandang. Pembersihan kandang bagian luar meliputi teras dan selokan untuk menjaga kebersihan area kandang. Pengapuran dilakukan dengan campuran air kapur ke seluruh sudut  kandang secara merata dengan menggunakan sapu supaya lebih mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Pengapuran dilakukan tiga hari sebelum ayam datang. Pengapuran dimulai dari lantai hingga dinding dan sudut-sudut kandang. Pengapuran bertujuan untuk mencegah tumbuhya jamur, spora, rayap dan berbagai jenis bibit penyakit. Desinfektan disemprotkan keseluruh kandang hingga merata untuk mensterilkan semua sudut kandang. Pemasangan tirai plastik diseluruh dinding kandang bertujuan untuk menyiapkan perlindungan DOC dari angin yang terlalu kencang terutama pada malam hari. . Hal ini sesuai dengan pendapat Nuroso (2010) yang menyatakan bahwa persiapan kandang adalah dengan melakukan sanitasi semua peralatan yang terdapat dalam kandang anak ayam, termasuk lantai, dinding, langit-langit kandang, tempat makanan dan minuman serta pemanas. Sanitasi adalah pembersihan dengan menggunakan desinfektan. Pembuatan box anak ayam dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,5 m, pengadaan tempat makanan dengan bagian terendah dari tempat makanan letaknya 2,50 cm lebih tinggi dari punggung anak ayam, pengadaan tempat minuman yang harus berdekatan dengan tempat makanan, pengadaan alat pemanas. Rasyaf (2009) yang menambahkan bahwa persiapan pemeliharaan dimulai dengan pencucian kandang dengan desinfektan, dilanjutkan dengan membersihkan kandang, dan areal di sekitar kandang. Seluruh bagian kandang disemprot dengan desinfektan.
  Persiapan selanjutnya yaitu membersihkan semua peralatan yang akan digunakan selama pemeliharaan. Mencuci semua tempat minum dan pakan dengan sabun hingga bersih dan dibilas dengan air . Pembersihan tempat minum dan pakan bertujuan untuk mencegahan penyakit yang masih terdapat di tempat pakan dan minum dari berbagai kotoran yang masih menempel. Flok yang dibutuhkan selama pemeliharaan yaitu 1 buah. Pembuatan flok mengunakan alat dan bahan yang sudah disiapkan, diantaranya kayu/bambu, paku, palu, kardus dan MMT. Flok memiliki tinggi sekitar 150 cm, dan masing-masing flok memiliki luas  3 m2. Flok yang telah selesai dibuat, kemudian diberikan sekam padi secara merata dengan ketebalan kurang lebih 5 cm dan dilapisi koran 2 lapis sampai umur ayam 6 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso dan Sudaryani (2009) bahwa peralatan kandang dibersihkan dengan cara merendam dan dicuci dengan detergen kemudian disimpan supaya tidak digigit tikus. Nuroso (2010) menambahkan bahwa semua peralatan kandang seperti alat pemanas, tempat pakan, tempat minum, serta tirai dibersihkan kemudian melalukan penyemprotan dengan menggunakan desinfektan.
Pemasangan lampu pijar 60 watt sebanyak 2 buah pada setiap flok sebagai brooder. Pemasangan brooder bertujuan sebagai induk buatan bagi DOC karena mulai pada saat DOC datang bulu ayam belum tumbuh sempurna dan masih membutuhkan hangat tubuh yang stabil. Lampu pijar diberi semacam corong yang terbuat dari seng berbentuk kerucut, dimana corong tersebut berfungsi agar sumber panas yang dihasilkan oleh lampu pijar dapat menyebar merata ke semua sudut flok. Brooder dipasang dengan cara digantung pada tiang bambu dengan diikat dengan kawat agar ketinggian brooder dapat diatur sesuai kebutuhan DOC. Rasyaf (2009) menyatan bahwa brooder atau indukan buatan berbentuk bundar atau persegi empat memiliki fungsi menyerupai induk ayam yakni menghangatkan anak ayam ketika baru menetas. Nuroso (2010) menambahkan bahwa alat pemanas berfungsi sebagai induk pengganti berkisar pada temperature 350C dan setiap pertambahan usia 1 minggu diturunkan 20C alat pemanas buatan terdiri dari lingkaran pelindung berupa seng dan alat pemanas seperti gasolec, lampu, dll

2.1.2.   Chick In
Chick in merupakan awal anak ayam memasuki kandang. Setelah DOC datang dilakukan pemeriksaan secara acak untuk melihat kondisi dari DOC kemudian dilakukan penimbangan bobot badan dan perhitungan jumlah DOC yang akan dimasukan ke dalam flok. Ayam ditempatkan pada flok sebanyak 60 ekor dan segara air gula sebanyak 2 % artinya setiap 1-2 gram gula dicampur dengan 1 liter air putih dingin untuk mengganti energi yang hilang selama perjalanan. Kemudian setelah kurang lebih 2 jam DOC mulai diberi pakan sedikit demi sedikit diatas nampan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso dan Sudaryani (2009) bahwa ketika ayam tiba periksa kondisinya secara acak bagian depan, tengah dan belakang kemudian ditimbang berat DOC normal minimal 37 g/ekor. Rasyaf (2009) menyatakan bahwa air minum sudah diisi dengan campuran air gula dengan tujuan untuk mempercepat suplaienergi sehingga bisa mengurangi kelelahan anak ayam akibat perjalanan jauh.






2.1.3. Pemeliharaan
            Pemeliharaan merupakan aspek yang paling penting dalam sebuah usaha peternakan. Pemeliharaan yang dilakukan setiap harinya yaitu memberi makan pada periode starter (nol minggu sampai tiga minggu) pemberian secara             ad libitum tetapi pada periode grower (lima minggu sampai delapan minggu) pada pagi dan sore hari. Pemberian air minum secara ad libitum, pengecekan suhu dilakukan tiga kali yaitu pagi, siang dan malam. Pelebaran chickguard dimulai pada minggu pertama pemeliharaan sampai minggu keempat, begitupun dengan brooder ketika minggu pertama brooder dinyalakan selama 24 jam tetapi untuk minggu kedua sampai panen mulai menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Suprijatna (2005) menyatakan bahwa pemeliharaan merupakan aspek penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, jika pemeliharaannya buruk maka produksi menjadi tidak efisien bahkan rugi. Rasyaf (2009) menyatakan bahwa selama minggu pertama pemeliharaan, sedikit demi sedikit pelebar pembatas atau broode guard (terutama bila jumlah ternak perkandang cukup banyak).













2.2.      Hasil Evaluasi Performans dan Analisis Usaha Ayam Kampung Super
Berdasarkan hasil praktikum evaluasi performans tiap minggu didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil evaluasi performans ayam kampung super
Minggu ke-
BB Awal
BB Akhir
PBB
  Jumlah
Konsumsi
FCR
Efisiensi




Konsumsi
Per ekor

Pakan
1
39.6
74.6
35
3360
57.93
1.66
60.42
2
74.6
139
64.4
6545
112.84
1.75
57.07
3
139
221.3
82.3
10519
181.36
2.20
45.38
4
221.3
358.6
137.3
16926
291.83
2.13
47.05
5
358.6
474.5
115.9
20546
354.24
3.06
32.72
6
474.5
591.9
117.4
19360
333.79
2.84
35.17
7
591.9
693.2
101.3
16420
283.10
2.79
35.78
8
693.2
801.1
107.8
17050
293.96
2.73
36.67
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2012.
Berdasarkan data praktikum dapat diketahui bahwa konsumsi pada minggu pertama adalah 3.360 gram, pada minggu ke-2 diperoleh 6.545 gram, minggu ke-3 sebesar 10.519 gram, minggu ke-4 sebesar 16.826 gram, minggu ke-5 20.546 gram, minggu ke-6 19.360, minggu ke-7 16.410 dan minggu ke-8. sedangkan konversi pakannya 1,75;  2,2; 2,1; 3,1; 2,8; 2,79;  dan 1, 91 dan pertambahan bobot badannya 35 gram, 64,4 gram, 82,3 gram, 137,3 gram, 115,9 gram, 117,4 gram, 101,3 gram. Hal ini sesuai pendapat Iskandar (2005) bahwa standar konsumsi ayam kampung minggu pertama sampai minggu ke empat adalah 88 gram/ekor/hari, sedangkan konversi pakan rata-rata ayam kampung per hari sebesar 4,9 dan pertambahan bobot badan ayam kampung minggu ke empat sebesar 101,92 gram, minggu ke enam mencapai 155 gram, minggu ke delapan 220 gram, minggu ke sepuluh 220 gram.
Bobot badan ayam kampung minggu ke dua 79,2 gram, minggu ke empat 200 gram, minggu ke enam 350 gram, minggu ke delapan 550 gram, minggu ke sepuluh 770 gram. Pada minggu pertama sampai minggu keempat pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan belum mencapai standar, penggunaan pakan belum cukup efisien, karena pertambahan bobot badan harian per kg dapat dicukupi hanya dengan kuantitas pakan yang rendah (konsumsi sedikit). Hal ini berarti, dengan konsumsi pakan yang rendah dapat menghasilkan pertambahan bobot badan. Menurut Fadilah (2004) bahwa konversi pakan mingguan dan kumulatif memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan berat badan ayam. Periode pemeliharaan ayam yang lebih pendek (ayam dipanen dengan ukuran sedang) akan menghasilkan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang dipanen dengan ukuran besar. Tidak tercapainya standar konsumsi disebabkan ayam mengalami stres akibat kebisingan. Tenaga kerja yang terlalu banyak dan banyak pekerja yang keluar masuk dalam kandang, membuat ayam mudah terkejut sehingga konsumsi pakan menurun dan menyebabkan pertumbuhan ayam kampung super terganggu sehingga bobot badan target tidak dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pengaruh eksternal merupakan faktor luar yang sangat menentukan dalam produksi peternakan.
Berdasarkan data praktikum dapat diketahui bahwa konsumsi pada minggu pertama hingga minggu kedelapan, konsumsi per ekor melebihi standar. Hal ini didukung dengan pendapat Murtidjo (2000) bahwa standar konsumsi ayam kampung minggu pertama adalah 8-9 gram/ekor/hari, minggu kedua 17-18 gram/ekor/hari, minggu ketiga 25-27 gram/ekor/hari, minggu keempat 31-34 gram/ekor/hari, minggu kelima 37-40 gram/ekor/hari, minggu keenam 42-45 gram/ekor/hari, minggu ketujuh 46-50 gram/ekor/hari, dan minggu kedelapan 36-39 gram/ekor/hari.
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk memulai usaha dalam pembelian bahan baku dan lain-lain adalah Rp 4.988.000,00 selama 2 bulan. Biaya tersebut terbagi atas biaya tetap seperti biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku yaitu perlengkapan perkandangan sebesar Rp. 581.500,00 sedangkan biaya variabel atau tidak tetap seperti pembelian DOC, obat-obatan, vaksinasi, bekatul, BR 1, Temulawak, Gamping, Sekam sebesar Rp. 4.406.500,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasis (1997) yang menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang sampai pada batas tertentu tidak berubah atau juga dinamakan biaya time cost sedangkan biaya variabel (biaya tidak tetap) adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti kegiatan usaha.
            Break Even Point (BEP) digunakan untuk menetukan tingkat harga dan produksi yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian jual pada praktikum manajemen ternak unggas ini. Break Even Point (BEP) pada praktikum manajemen ternak unggas ini sebesar Rp. 4.951.124,00 sedangkan Break Even Point (BEP) unit pada praktikum manajemen ternak unggas ini sebesar 198 ekor. Berdasarkan dari perhitungan BEP tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh untung kita harus menjual ayam lebih dari 198 ekor dan memperoleh  penerimaan lebih besar dari Rp. 4.951.124,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasis (1997) bahwa analisa break even point adalah salah satu metode untuk mempelajari hubungan dan pengaruh hubungan timbal balik penjualan, biaya dan laba. Break even point adalah keadaan tanpa laba dan atau rugi. Jumlah pendapatan penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya.

2.3.      Kegiatan Vaksinasi Ayam Kampung Super
Vaksinasi dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pemberian vaksin Newcastle Disease 1 (ND 1), vaksin gumboro, vaksin  Newcastle Disease 2 (ND 2) dan gumboro B. Pemberian vaksin ND 1 dilakukan pada saat ayam umur 4 hari. Proses vaksinasi dilakukan dengan tetes mata dimana vaksin dilarutkan dalam larutan dapar kemudian dikocok sampai rata. Satu vaksin dapat digunakan untuk 100 ekor anak ayam dengan ketentuan satu ekor satu tetes vaksin.
Vaksinasi yang kedua adalah pemberian vaksin terhadap penyakit gumboro yang dilakukan pada saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat.Vaksinasi yang ketiga adalah pemberian vaksin ND 2 yang dilakukan pada saat ayam berumur 28 hari melalui tetes mata.
Vaksinasi yang keempat adalah pemberian vaksin gumboro B yang dilakukan pada saat ayam berumur 48 hari melalui tetes mata. Vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota dicampur dengan penambahan susu skim 15 gram dan air 7 liter. Proses vaksinasi hanya dilakukan apabila ayam dalam keadaan sehat dan kondisi lingkungan baik. Sesudah proses vaksinasi ayam diberi air minum yang dicampur dengan multivitamin atau antistress untuk mengatasi keadaan stress akibat perlakuan selama proses vaksinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuroso (2010) menyatakan bahwa vaksin terdapat dua macam yaitu yang pertama vaksin aktif (live vaccine) yaitu vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang biak dalam tubuh induk semang yang divaksin dan yang kedua vaksin inaktif          (killed vaccine) yaitu vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati.
Ditambahkan oleh Santoso dan Sudaryani (2009) bahwa untuk mencapai tingkat kekebalan yang optimal, di daerah rawan penyakit Newcastle Disease (tetelo) biasanya dilakukan vaksinasi kombinasi antara vaksin aktif dan inaktif secara bersamaan. Vaksin ND pertama biasa dilakukan pada anak ayam umur 4-6 hari.

2.4.      Teknik Penyiapan dan Evaluasi Karkas
2.4.1.      Processing
Teknik penyiapan dimulai dari processing yaitu mengubah ayam hidup menjadi karkas yang siap dimasak. Penyembelihan ayam kampung pada praktikum ini yaitu dengan memotong vena jugularis yang terletak di bawah rahang, saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Kegiatan processing meliputi penyembelihan untuk mengeluarkan darah, pencabutan bulu, pengeluaran viscera, pemotongan kepala, leher dan kaki, kemudian dilakukan pengemasan dan penentuan grade pada karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2009) yang menyatakan bahwa kegiatan processing meliputi penyembelihan untuk mengeluarkan darah, pencabutan bulu, pengeluaran viscera, pemotongan kepala, leher dan kaki. Perlakuan pada ayam sebelum dipotong adalah ayam dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Agus (2005) yang menyatakan bahwa karkas yaitu hewan setelah disembelih dan dihilangkan bulunya, dipotong kepala, kaki, dan leher, serta diambil visceranya. Penanganan dalam pemotongan ayam harus hati-hati sehingga bentuk karkas yang dihasilkan didapatkan dengan baik.
Kegiatan processing pada tahap akhir yaitu pembentukan karkas, dimana setelah terbentuk karkas maka dilakukan pemotongan karkas lagi menjadi 4 bagian yaitu 2 bagian dada dan 2 bagian paha. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2009) yang menyatakan bahwa karkas unggas biasanya dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri dan kanan, seperempat karkas atau potongan-potongan karkas yang lebih kecil. Belahan karkas kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian dengan suatu potongan yang mengkuti ujung posterior rusuk terakhir dan dilanjutkan melalui vertebral column. Cara melakukan packaging yaitu bahan yang digunakan styrofoam dan plastik, dimana antara karkas dan jerohannya dipisahkan dengan menggunakan 2 styrofoam yang masing-masing untuk tempat karkas dan jerohan, setelah ditempatkan pada styrofoam kemudian ditutup atau dilapisi dengan menggunakan plastik. Hal ini sesuai dengan pendapat SNI (1995) bahwa pengemasan dengan menggunakan bahan yang baik sebagai pembungkus tidak merusak daging serta tidak membahayakan kesehatan manusia. Pengemasan hampa udara menggunakan plastik jenis High Density Polyethylene (HDPE), sedangkan pengemasan tanpa penghampaan menggunakan plastik jenis Low Density Polyethylene (LDPE). Kemasan yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu kemasan primer dan sekunder. Kemasan primer adalah kemasan yang kontak langsung dengan produk menggunakan plastik dan wadah styrofoam, sedangkan kemasan sekunder adalah kemasan setelah kemasan primer, yaitu karton dan karung.

2.4.2.      Evaluasi karkas
Berdasarkan pada hasil praktikum didapatkan hasil nilai akhir karkas adalah B dikarenakan beberapa bagian karkas kulitnya sobek, serta masih terdapat bulu jarum. Bobot akhir yang didapatkan rata-rata adalah 515,8 gram. Penilaian yang dilakukan berdasarkan konformasi dari tulang dada, tulang punggung, dan tulang paha serta sayap, perdagingan, timbunan lemak, bulu jarum, kulit sobek, kulit memar, tulang lepas, dan tulang patah. Hal ini sesuai dengan pendapat    Agus (2005) yang menyatakan bahwa penilaian karkas didasarkan pada konformasi, perdagingan, penumpukan lemak, cacat-cacat yang ada, bulu jarum, kulit sobek, kulit memar, tulang patah maupun tulang lepas. Kemudian menurut SNI (1995) mutu produk akhir karkas ditentukan oleh konformasi bentuk kerangka dan tubuh, terutama dada, paha dan punggung. Perdagingan atau ketebalan daging pada tulang dada, paha, betis dan punggung. Perlemakan atau penyebaran dan ketebalan lemak di bawah kulit. Keutuhan atau ada tidaknya tulang yang patah atau hilang, persendian yang lepas, kulit yang sobek atau daging yang sobek maupun hilang, luka maupun adanya penebalan. Perubahan warna atau ada tidaknya memar, freezer burn yaitu kondisi rusaknya penampakan permukaan daging (terlihat sebagai spot-spot putih kusam dipermukaan daging) yang disebabkan oleh pengeringan karena penguapan air dari permukaan daging ke udara di dalam freezer, serta perubahan warna yang disebabkan mikroba atau zat-zat kontaminasi lain. Kebesihan atau ada tidaknya bulu-bulu besar maupun bulu jarum yang tertinggal atau kotoran yang menempel.

 

 

 



 

 



















BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan yaitu persiapan kandang sebelum DOC datang sudah memenuhi syarat. Syarat tersebut diantaranya adalah setiap unit farm hendaknya hanya memelihara ayam pada umur yang sama, waktu pembersihan kandang minimal selama empat belas hari antar flock, dan menyiapkan semua kebutuhan peralatan untuk pemeliharaan ayam. Manajemen pemberian pakan sudah dilakukan dengan baik, sisa pakan tidak dibuang dan dalam pemberian minum dilakukan secara ad libitum, manajemen pemeliharaan baik pada fase starter (nol minggu sampai tiga minggu) maupun fase finisher (lima minggu sampai delapan minggu) sudah sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditetapkan. Sanitasi dan kesehatan sudah baik yaitu dengan pembalikan sekam, penyemprotan kandang secara berkala dengan menggunakan desinfektan dan pemberian vaksin secara rutin.  Pemeliharaan ayam kampung berlangsung selama delapan minggu. Ayam setelah delapan minggu dapat dilakukan processing. Processing meliputi penyembelihan dan membersihkan saluran pencernaan serta untuk mengetahui bobot badan ayam yang mendekati sebenarnya, setelah processing dilakukan pengemasan karkas dan non karkas dan penentuan grade karkas.

 





DAFTAR PUSTAKA

Agus, B. M. 2005. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Murtidjo, B. A. 2000. Mengelola Ayam Buras. Cetakan ke-9. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Nuroso. 2010. Panen Ayam Pedaging dengan Produksi Dua kali lipat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2009. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Santoso, H. dan T, Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Tehnologi Daging. Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta

Standar Nasional Indonesia 01-3924. 1995. Karkas Ayam Pedaging. Dewan Standardisasi Nasional.
Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wasis. 1997. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Cetakan ke-6. PT Alumni, Bandung.
















No comments:

Post a Comment