BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum
Manajemen Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 April sampai
dengan hari Rabu 6 Juni 2012. Kegiatan dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1.
Materi
Materi yang diamati
dalam praktikum manajemen ternak unggas berupa persiapan kandang, pemeliharaan
ayam kampung super, vaksinasi dan prosesing adalah sebagai berikut :
1.1.1. Persiapan kandang
Materi yang digunakan
dalam persiapan kandang yaitu bahan-bahan untuk membersihkan dan membuat
kandang litter berukuran 3m2/
kelompok yaitu detergen berfungsi untuk mencuci dan membersihkan, kapur gamping berfungsi
sebagai pengapur agar tidak mudah tumbuh bakteri dan mikroorganisme, desinfektan sebagai biosekurity, bamboo sebagai bahan pembuat
dan penyusun kandang,
ram kawat
sebagai pembatas sekat antar kandang, MMT sebagai pelindung dari gangguan luar. Paku sebagai perekat dan penguat, kawat bendrat sebagai perekat dan
pengikat, seng plat sebagai atap kandang, kabel sebagai penghubung
dengan aliran listrik. Bahan-bahan lain meliputi lampu, stopkontak, piting, lakban, plastik
tirai, tali raffia, sekam. Alat yang digunakan yaitu sapu sebagai pembersih, ember sebagai
penampung air untuk minum, sikat sebagai penggosok dan pembersih kandang, alat
penyemprot untuk biosekurity, sabit untuk membersihkan lingkungan kandang, palu
sebagai pemukul paku, kursi sebagai tempat duduk, tang sebagai pencabut paku
dan mematahkan kawat, pisau sebagai alat penyembelih dan pemotong dalam prosessing,
gunting sebagai pemotong saat prossesing.
1.1.2. Pemeliharaan ayam kampung super
Materi yang digunakan pada pemeliharaan ayam adalah ayam
kampung super sebanyak 60 ekor/kelompok dengan jumlah total DOC 240 ekor. Pakan
yang diberikan berupa konsentrat jenis BR 1 untuk ayam periode starter 28 hari dan BR 2 +
bekatul untuk periode grower 22 hari
sampai dengan dijual. Air gula 2% pada saat DOC baru datang. Multivitamin yang
diberikan melalui air minum meliputi vitachick
dan vitastress. Obat-obatan yang digunakan
yaitu dextan yang dipakai untuk
mendesinfeksi peralatan, plastik untuk tirai, brooder memakai lampu listrik, chikguard (lingkar
kutuk), tali rafia untuk menggantungkan tempat
pakan dan minum, sapu untuk membersihkan kandang, timbangan untuk menimbang
pakan dan ayam, ember, dan highrometer untuk mengukur fisiologis lingkungan.
1.1.3. Vaksinasi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol
tetes vaksin, gunting, tempat minum. Bahan yang digunakan adalah vaksin untuk
penyakit ND dan IBD (Infectious bursal disease) atau gumboro. Vaksin yang digunakan yaitu
vaksin NDB1 (Newcastle Disease)1, vaksin Gumboro gumbovac,
vaksin ND2 (Newcastle
Disease)2.
1.1.4. Prosesing
Materi yang digunakan dalam praktikum prosesing adalah 5 ekor ayam broiler umur 5 minggu. Peralatan
yang digunakan adalah meja untuk
meletakkan bahan, nampan sebagai penampung, air bersih untuk pencucian, air
panas untuk scalding, timbangan sebagai alat penimbang bahan, baskom sebagai tempat
penampung, pisau sebagai pemotong, tempat penampungan bulu, es untuk mendinginkan agar lebih awet, plastik pembungkus, alat tulis sebagai media pencatatan dan tabel penilaian
karkas.
1.2.
Metode
1.2.1. Persiapan kandang
Metode yang dilakukan dalam praktikum
meliputi tata laksana pemeliharaan peternakan ayam kampung super dimulai dari
persiapan kandang seperti mencuci lantai menggunakan detergen, pemberian kapur
keseluruh kandang, penyemprotan desifektan, pembuatan 5 flok dengan ukuran 3m2, pembuatan chikguard dengan kardus, pembuatan brooder dengan menggunakan seng
plat dan lampu kuning, penaburan sekam padi untuk litter, sebelum DOC datang
maka brooder harus dinyalakan,
penyediaan air gula untuk DOC ketika datang.
1.2.2. Pemeliharaan ayam kampung super
Metode yang dilakukan dalam praktikum yaitu meliputi
tata laksana pemeliharaan peternakan ayam kampung super dengan prosedur
meliputi persiapan sebelum DOC datang yaitu menyalakan lampu brooder selama 1-2 jam dengan tujuan
agar suhu di dalam kandang dalam keadaan hangat dan stabil. Kegiatan
selanjutnya adalah menurunkan DOC dari mobil, menimbang berat badan DOC dan
menghitung jumlah DOC, meletakkan DOC di bawah brooder, memberikan larutan air gula berkadar 2% setelah DOC datang.
Memberi pakan yang disebar diatas nampan. Air minum selanjutnya diberikan
secara ad libitum yang telah
dicampur dengan multivitamin atau anti stress.
Pemberian pakan pada fase starter umur 0-3 minggu dilakukan secara adlibitum.
Pencatatan suhu dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan malam
hari; suhu yang diamati adalah suhu mikro yaitu suhu di dalam kandang dan
kelembaban di dalam kandang. Pembukaan tirai dilakukan secara bertahap setiap
satu minggu sepanjang + 3 cm. Selain itu tirai juga akan dibuka apabila
ayam merasa kepanasan dengan keadaan ayam panting.
Sekam diganti apabila sudah basah dan menggumpal. Penimbangan ayam dilakukan setiap satu minggu
sekali dengan setiap flok diambil 10 sampel. Ayam yang sakit dipindah ke
kandang karantina. Pemanenan setelah kampung super umur 60 hari, pemasaran ayam
yang telah dipanen ke pedagang ayam kampung super.
1.2.3.
Vaksinasi
Vaksinasi pertama menggunakan vaksin ND 1 melalui tetes
mata pada ayam umur 4 hari, vaksinasi kedua menggunakan vaksin gumboro melalui
air minum pada ayam umur 10 hari yaitu dengan tidak memberikan makan dan minum
2 jam sebelum vaksinasi, dan vaksinasi ND 2 melalui tetes mata pada ayam umur
24 hari, serta vaksinasi terakhir adalah vaksinasi gumboro pada umur 48 hari
melalui tetes mata. Vaksinasi tetes mata akan berhasil masuk ketika ayam sudah
mengedip matanya atau seperti menelan pakan, sedangkan untuk vaksinasi lewat
air minum ketika air minum itu habis maksimal 2 jam setelah pemberian.
1.2.4.
Processing
Tahapan dan metode yang dilakukan pada waktu processing ayam kampung super adalah
sebagai berikut: 1) menimbang bobot badan ayam setelah dipuasakan terlebih
dahulu selama 6 jam; 2) memotong atau menyembelih ayam secara Islam yaitu
dengan memposisikan ayam ke arah kiblat dan membaca Bismillahirrahmannirahim; 3) menimbang kembali ayam untuk mendapatkan bobot darah; 4)
mencelupkan ayam ke dalam air panas selama 5 menit; 5) mencabuti bulu mulai
dari bulu-bulu besar pada bagian ekor dan sayap, kemudian bulu pada bagian kepala, leher, badan, dan kaki; 6) mencuci
ayam dengan air bersih sambil mencabuti bulu-bulu jarum dan membersihkan
kotoran yang menempel; 7) menimbang kembali ayam untuk mendapatkan bobot bulu
dan melakukan penilaian karkas sesuai USDA; 8) mengambil viscera dengan cara memotong perut
bagian bawah 1-3 cm dan dilanjutkan menimbang ayam untuk mendapatkan
bobot dressed; 9) menimbang hati,
jantung, ampela untuk mendapatkan bobot viscera; 10) menimbang saluran
pencernaan sebelum dan sesudah dicuci bersih untuk mendapatkan bobot giblet; 11) memotong kepala, leher, dan
kaki untuk mendapatkan bobot karkas; 12) mengambil lemak abdominal jika ada;
13) memotong ayam menjadi potongan komersial; 14) memisahkan daging
dan tulang pada tiap-tiap potongan komersial; 15) mencuci hasil processing dan membungkusnya dengan
kantong plastik kedap udara serta memberi label pada kantong plastik.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Pemeliharaan Ayam Kampung Super
Manajemen
pemeliharaan ayam kampung super meliputi persiapan kandang pemeliharaan, penerimaan
DOC dan pemeliharaan ayam kampung super. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf
(2009) bahwa dalam memulai usaha peternakan diawali dengan persiapan beternak
ayam, pengolahan produksi masa awal dan pengolahan produksi masa akhir.
Pengolahan produksi masa awal terdiri dari persiapan kandang produksi, sebelum
anak ayam tiba (chik in ),
pemeliharaan rutin dan manajemen masa awal. Suprijatna (2005) menambahkan bahwa
pemeliharaan merupakan aspek penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha
peternakan, jika pemeliharaannya buruk maka produksi menjadi tidak efisien
bahkan rugi.
2.1.1. Persiapan Kandang
DOC membutuhkan
yang nyaman, bersih dan hangat untuk itu kandang yang akan digunakan
dibersihkan dahulu 7 hari sebelum DOC datang, pembersihan kandang dilakukan
pada siang sampai sore hari. Kandang bagian
dalam dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sapu, kemudian disiram
dengan air dan deterjen lalu disikat secara menyeluruh setiap sudut-sudut
kandang. Pembersihan kandang bagian luar meliputi teras dan selokan untuk
menjaga kebersihan area kandang. Pengapuran dilakukan dengan campuran
air kapur ke seluruh sudut
kandang secara merata dengan menggunakan sapu
supaya lebih mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Pengapuran dilakukan tiga
hari sebelum ayam datang. Pengapuran dimulai dari lantai hingga
dinding dan sudut-sudut kandang. Pengapuran bertujuan untuk
mencegah tumbuhya jamur, spora, rayap dan berbagai jenis bibit penyakit. Desinfektan
disemprotkan keseluruh kandang hingga merata untuk mensterilkan semua sudut
kandang. Pemasangan tirai plastik diseluruh dinding kandang bertujuan untuk
menyiapkan perlindungan DOC dari angin yang terlalu kencang terutama pada malam
hari. . Hal ini sesuai dengan pendapat Nuroso (2010) yang menyatakan bahwa
persiapan kandang adalah dengan melakukan sanitasi semua peralatan yang
terdapat dalam kandang anak ayam, termasuk lantai, dinding, langit-langit
kandang, tempat makanan dan minuman serta pemanas. Sanitasi adalah pembersihan dengan
menggunakan desinfektan. Pembuatan box anak ayam dengan ukuran panjang 2 m,
lebar 1 m, dan tinggi 0,5 m, pengadaan tempat makanan dengan bagian terendah
dari tempat makanan letaknya 2,50 cm lebih tinggi dari punggung anak ayam,
pengadaan tempat minuman yang harus berdekatan dengan tempat makanan, pengadaan
alat pemanas. Rasyaf (2009) yang menambahkan bahwa persiapan pemeliharaan
dimulai dengan pencucian kandang dengan desinfektan, dilanjutkan dengan
membersihkan kandang, dan areal di sekitar kandang. Seluruh bagian kandang
disemprot dengan desinfektan.
Persiapan
selanjutnya yaitu membersihkan semua peralatan yang akan
digunakan selama pemeliharaan. Mencuci semua tempat minum dan pakan dengan sabun hingga bersih dan dibilas dengan air . Pembersihan tempat minum dan pakan bertujuan
untuk mencegahan penyakit yang masih terdapat di tempat pakan dan minum dari
berbagai kotoran yang masih menempel. Flok yang dibutuhkan selama pemeliharaan yaitu 1 buah.
Pembuatan flok mengunakan alat dan
bahan yang sudah disiapkan, diantaranya kayu/bambu, paku, palu, kardus dan MMT. Flok memiliki tinggi sekitar 150 cm, dan masing-masing flok memiliki luas 3 m2. Flok
yang telah selesai
dibuat, kemudian diberikan sekam padi secara merata dengan ketebalan kurang lebih 5 cm dan dilapisi koran 2
lapis sampai umur ayam 6 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso dan
Sudaryani (2009) bahwa peralatan kandang dibersihkan dengan cara merendam dan
dicuci dengan detergen kemudian disimpan supaya tidak digigit tikus. Nuroso
(2010) menambahkan bahwa semua peralatan kandang seperti alat pemanas, tempat
pakan, tempat minum, serta tirai dibersihkan kemudian melalukan penyemprotan
dengan menggunakan desinfektan.
Pemasangan lampu pijar 60 watt sebanyak 2 buah pada
setiap flok sebagai brooder. Pemasangan brooder bertujuan sebagai induk buatan bagi DOC karena mulai pada
saat DOC datang bulu ayam belum tumbuh sempurna dan masih membutuhkan hangat
tubuh yang stabil. Lampu pijar diberi
semacam corong yang terbuat dari seng berbentuk kerucut, dimana corong tersebut
berfungsi agar sumber panas yang dihasilkan oleh lampu pijar dapat menyebar
merata ke semua sudut flok. Brooder dipasang dengan cara digantung
pada tiang bambu dengan diikat dengan kawat agar ketinggian brooder dapat
diatur sesuai kebutuhan DOC. Rasyaf (2009) menyatan
bahwa brooder atau indukan buatan
berbentuk bundar atau persegi empat memiliki fungsi menyerupai induk ayam yakni
menghangatkan anak ayam ketika baru menetas. Nuroso (2010) menambahkan bahwa alat pemanas berfungsi sebagai
induk pengganti berkisar pada temperature 350C dan setiap
pertambahan usia 1 minggu diturunkan 20C alat pemanas buatan terdiri
dari lingkaran pelindung berupa seng dan alat pemanas seperti gasolec, lampu,
dll
2.1.2. Chick In
Chick in merupakan awal anak ayam memasuki kandang. Setelah DOC datang dilakukan
pemeriksaan secara acak untuk melihat kondisi dari DOC kemudian dilakukan penimbangan bobot badan
dan perhitungan jumlah DOC yang akan dimasukan ke dalam flok. Ayam ditempatkan pada flok
sebanyak 60 ekor dan segara air gula
sebanyak 2 % artinya setiap 1-2 gram
gula dicampur dengan 1 liter air putih dingin untuk mengganti energi yang
hilang selama perjalanan. Kemudian setelah kurang lebih 2 jam DOC mulai diberi
pakan sedikit demi sedikit diatas nampan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Santoso dan Sudaryani (2009) bahwa ketika ayam tiba periksa kondisinya secara
acak bagian depan, tengah dan belakang kemudian ditimbang berat DOC normal minimal
37 g/ekor. Rasyaf (2009) menyatakan bahwa air minum sudah diisi dengan campuran
air gula dengan tujuan untuk mempercepat suplaienergi sehingga bisa mengurangi
kelelahan anak ayam akibat perjalanan jauh.
2.1.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan aspek yang paling penting
dalam sebuah usaha peternakan. Pemeliharaan yang dilakukan setiap harinya yaitu memberi makan pada periode starter (nol minggu sampai
tiga
minggu) pemberian secara ad libitum tetapi pada periode grower (lima minggu sampai delapan minggu) pada pagi dan sore hari.
Pemberian air minum secara ad libitum,
pengecekan suhu dilakukan tiga kali yaitu pagi, siang dan malam. Pelebaran chickguard dimulai pada minggu pertama pemeliharaan sampai
minggu keempat, begitupun dengan brooder ketika
minggu pertama brooder dinyalakan
selama 24 jam tetapi untuk minggu kedua sampai panen mulai menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan. Suprijatna (2005) menyatakan bahwa pemeliharaan merupakan
aspek penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha
peternakan, jika pemeliharaannya buruk maka produksi menjadi tidak efisien
bahkan rugi. Rasyaf (2009) menyatakan bahwa selama minggu pertama
pemeliharaan, sedikit demi sedikit pelebar pembatas atau broode guard (terutama bila jumlah ternak perkandang cukup banyak).
2.2. Hasil Evaluasi Performans dan Analisis Usaha Ayam Kampung Super
Berdasarkan hasil
praktikum evaluasi performans tiap minggu didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil evaluasi performans
ayam kampung super
Minggu ke-
|
BB Awal
|
BB Akhir
|
PBB
|
Jumlah
|
Konsumsi
|
FCR
|
Efisiensi
|
Konsumsi
|
Per ekor
|
Pakan
|
|||||
1
|
39.6
|
74.6
|
35
|
3360
|
57.93
|
1.66
|
60.42
|
2
|
74.6
|
139
|
64.4
|
6545
|
112.84
|
1.75
|
57.07
|
3
|
139
|
221.3
|
82.3
|
10519
|
181.36
|
2.20
|
45.38
|
4
|
221.3
|
358.6
|
137.3
|
16926
|
291.83
|
2.13
|
47.05
|
5
|
358.6
|
474.5
|
115.9
|
20546
|
354.24
|
3.06
|
32.72
|
6
|
474.5
|
591.9
|
117.4
|
19360
|
333.79
|
2.84
|
35.17
|
7
|
591.9
|
693.2
|
101.3
|
16420
|
283.10
|
2.79
|
35.78
|
8
|
693.2
|
801.1
|
107.8
|
17050
|
293.96
|
2.73
|
36.67
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2012.
Berdasarkan data praktikum dapat diketahui bahwa konsumsi
pada minggu pertama adalah 3.360 gram, pada minggu ke-2 diperoleh 6.545 gram,
minggu ke-3 sebesar 10.519 gram, minggu ke-4 sebesar 16.826 gram, minggu ke-5
20.546 gram, minggu ke-6 19.360, minggu ke-7 16.410 dan minggu ke-8. sedangkan
konversi pakannya 1,75; 2,2; 2,1; 3,1;
2,8; 2,79; dan 1, 91 dan pertambahan
bobot badannya 35 gram, 64,4 gram, 82,3 gram, 137,3 gram, 115,9 gram, 117,4
gram, 101,3 gram. Hal ini sesuai pendapat Iskandar (2005) bahwa standar
konsumsi ayam kampung minggu pertama sampai minggu ke empat adalah 88 gram/ekor/hari,
sedangkan konversi pakan rata-rata ayam kampung per hari sebesar 4,9 dan
pertambahan bobot badan ayam kampung minggu ke empat sebesar 101,92 gram,
minggu ke enam mencapai 155 gram, minggu ke delapan 220 gram, minggu ke sepuluh
220 gram.
Bobot badan ayam kampung minggu ke
dua 79,2 gram, minggu ke empat 200 gram, minggu ke enam 350 gram, minggu ke
delapan 550 gram, minggu ke sepuluh 770 gram. Pada minggu pertama sampai minggu
keempat pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan belum
mencapai standar, penggunaan pakan belum cukup efisien, karena pertambahan bobot badan harian
per kg dapat dicukupi hanya dengan
kuantitas pakan yang rendah (konsumsi sedikit). Hal ini berarti, dengan
konsumsi pakan yang rendah dapat menghasilkan pertambahan bobot badan. Menurut Fadilah (2004) bahwa konversi pakan mingguan dan kumulatif memiliki
hubungan erat dengan pertumbuhan berat badan ayam. Periode pemeliharaan ayam
yang lebih pendek (ayam dipanen dengan ukuran sedang) akan menghasilkan
konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang dipanen dengan
ukuran besar.
Tidak tercapainya standar konsumsi disebabkan ayam mengalami stres akibat
kebisingan. Tenaga kerja yang terlalu banyak dan banyak pekerja yang keluar
masuk dalam kandang, membuat ayam mudah terkejut sehingga konsumsi pakan
menurun dan menyebabkan pertumbuhan ayam kampung super terganggu sehingga bobot
badan target tidak dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992)
yang menyatakan bahwa pengaruh eksternal merupakan faktor luar yang sangat
menentukan dalam produksi peternakan.
Berdasarkan data praktikum dapat diketahui bahwa konsumsi pada
minggu pertama hingga minggu kedelapan, konsumsi per ekor melebihi standar. Hal ini didukung dengan pendapat
Murtidjo (2000) bahwa standar konsumsi ayam kampung minggu pertama adalah 8-9
gram/ekor/hari, minggu kedua 17-18 gram/ekor/hari, minggu ketiga 25-27
gram/ekor/hari, minggu keempat 31-34 gram/ekor/hari, minggu kelima 37-40
gram/ekor/hari, minggu keenam 42-45 gram/ekor/hari, minggu ketujuh 46-50
gram/ekor/hari, dan minggu kedelapan 36-39 gram/ekor/hari.
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk memulai usaha
dalam pembelian bahan baku dan lain-lain adalah Rp 4.988.000,00 selama 2 bulan. Biaya tersebut
terbagi atas biaya tetap seperti biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku
yaitu perlengkapan perkandangan sebesar Rp. 581.500,00 sedangkan biaya variabel
atau tidak tetap seperti pembelian DOC, obat-obatan, vaksinasi, bekatul, BR 1,
Temulawak, Gamping, Sekam sebesar Rp. 4.406.500,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasis (1997) yang menyatakan bahwa biaya tetap adalah
biaya yang sampai pada batas tertentu tidak berubah atau juga dinamakan biaya time cost sedangkan biaya variabel
(biaya tidak tetap) adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti kegiatan usaha.
Break Even Point (BEP) digunakan untuk menetukan tingkat harga dan produksi
yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian jual pada praktikum manajemen ternak unggas ini. Break Even Point (BEP) pada praktikum
manajemen ternak unggas ini sebesar Rp. 4.951.124,00 sedangkan Break Even Point (BEP) unit pada praktikum
manajemen ternak unggas ini sebesar 198 ekor. Berdasarkan dari perhitungan BEP
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh untung kita harus menjual
ayam lebih dari 198 ekor dan memperoleh penerimaan lebih besar dari Rp. 4.951.124,00. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wasis (1997) bahwa analisa break
even point adalah salah satu metode untuk mempelajari hubungan dan pengaruh
hubungan timbal balik penjualan, biaya dan laba. Break even point adalah keadaan tanpa laba dan atau rugi. Jumlah
pendapatan penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya.
2.3. Kegiatan Vaksinasi Ayam Kampung Super
Vaksinasi dilakukan sebanyak 4 kali
yaitu pemberian vaksin Newcastle Disease 1 (ND 1), vaksin
gumboro, vaksin Newcastle Disease 2 (ND 2)
dan gumboro B. Pemberian vaksin ND 1 dilakukan pada saat ayam umur 4 hari.
Proses vaksinasi dilakukan dengan tetes mata dimana vaksin dilarutkan
dalam larutan dapar kemudian dikocok sampai rata. Satu vaksin dapat digunakan
untuk 100 ekor anak ayam dengan ketentuan satu ekor satu
tetes vaksin.
Vaksinasi yang
kedua adalah pemberian vaksin terhadap penyakit gumboro yang dilakukan pada
saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan sebelum dilakukan vaksinasi
ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang dicampur vaksin
dapat habis dalam waktu yang singkat.Vaksinasi yang ketiga adalah pemberian
vaksin ND 2 yang dilakukan pada saat ayam berumur 28 hari melalui tetes mata.
Vaksinasi yang keempat adalah
pemberian vaksin gumboro B yang dilakukan pada saat ayam berumur 48 hari
melalui tetes mata. Vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota dicampur dengan
penambahan susu skim 15 gram dan air 7 liter. Proses vaksinasi hanya dilakukan
apabila ayam dalam keadaan sehat dan kondisi lingkungan baik. Sesudah proses
vaksinasi ayam diberi air minum yang dicampur dengan multivitamin atau antistress untuk mengatasi keadaan
stress akibat perlakuan selama proses vaksinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuroso (2010)
menyatakan bahwa vaksin terdapat dua macam yaitu yang pertama vaksin aktif (live vaccine) yaitu vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang
akan tumbuh dan berkembang biak dalam tubuh induk semang yang divaksin dan yang kedua vaksin inaktif (killed vaccine) yaitu vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati.
Ditambahkan
oleh Santoso dan Sudaryani (2009) bahwa untuk mencapai tingkat kekebalan yang
optimal, di daerah rawan penyakit Newcastle
Disease (tetelo) biasanya dilakukan vaksinasi kombinasi antara vaksin aktif dan
inaktif secara bersamaan. Vaksin ND pertama biasa dilakukan pada anak ayam umur 4-6 hari.
2.4. Teknik Penyiapan dan Evaluasi Karkas
2.4.1.
Processing
Teknik penyiapan
dimulai dari processing yaitu
mengubah ayam hidup menjadi karkas yang siap dimasak. Penyembelihan
ayam kampung pada praktikum ini yaitu dengan memotong vena jugularis yang terletak
di bawah rahang, saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Kegiatan processing meliputi penyembelihan untuk
mengeluarkan darah, pencabutan bulu, pengeluaran viscera, pemotongan kepala,
leher dan kaki, kemudian dilakukan pengemasan dan penentuan grade pada karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2009) yang menyatakan bahwa kegiatan processing meliputi penyembelihan untuk mengeluarkan darah,
pencabutan bulu, pengeluaran viscera, pemotongan kepala, leher dan kaki.
Perlakuan pada ayam sebelum dipotong adalah ayam dipuasakan terlebih dahulu
selama 6 jam. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Agus (2005) yang
menyatakan bahwa karkas yaitu hewan setelah disembelih dan dihilangkan bulunya,
dipotong kepala, kaki, dan leher, serta diambil visceranya. Penanganan dalam pemotongan ayam harus
hati-hati sehingga bentuk karkas yang dihasilkan didapatkan dengan baik.
Kegiatan
processing pada tahap akhir yaitu
pembentukan karkas, dimana setelah terbentuk karkas maka dilakukan pemotongan
karkas lagi menjadi 4 bagian yaitu 2 bagian dada dan 2 bagian paha. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soeparno (2009) yang menyatakan bahwa karkas unggas
biasanya dijual kepada konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri
dan kanan, seperempat karkas atau potongan-potongan karkas yang lebih kecil.
Belahan karkas kanan dan kiri masing-masing dipisahkan menjadi dua bagian
dengan suatu potongan yang mengkuti ujung posterior
rusuk terakhir dan dilanjutkan melalui vertebral
column. Cara melakukan packaging
yaitu bahan yang digunakan styrofoam dan
plastik, dimana antara karkas dan jerohannya dipisahkan dengan menggunakan 2 styrofoam yang masing-masing untuk
tempat karkas dan jerohan, setelah ditempatkan pada styrofoam kemudian ditutup atau dilapisi dengan menggunakan
plastik. Hal ini sesuai dengan pendapat SNI (1995) bahwa pengemasan dengan
menggunakan bahan yang baik sebagai pembungkus tidak merusak daging serta tidak
membahayakan kesehatan manusia. Pengemasan hampa udara menggunakan plastik jenis
High Density Polyethylene (HDPE),
sedangkan pengemasan tanpa penghampaan menggunakan plastik jenis Low Density Polyethylene (LDPE). Kemasan
yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu kemasan primer dan sekunder. Kemasan
primer adalah kemasan yang kontak langsung dengan produk menggunakan plastik
dan wadah styrofoam, sedangkan
kemasan sekunder adalah kemasan setelah kemasan primer, yaitu karton dan
karung.
2.4.2.
Evaluasi
karkas
Berdasarkan
pada hasil praktikum didapatkan hasil nilai akhir karkas adalah B
dikarenakan beberapa bagian karkas kulitnya sobek, serta masih terdapat
bulu jarum. Bobot akhir yang didapatkan rata-rata adalah 515,8 gram. Penilaian
yang dilakukan berdasarkan konformasi dari tulang dada, tulang punggung, dan
tulang paha serta sayap, perdagingan, timbunan lemak, bulu jarum, kulit sobek,
kulit memar, tulang lepas, dan tulang patah. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2005) yang menyatakan bahwa penilaian karkas
didasarkan pada konformasi, perdagingan, penumpukan lemak, cacat-cacat yang
ada, bulu jarum, kulit sobek, kulit memar, tulang patah maupun tulang lepas.
Kemudian menurut SNI (1995) mutu produk akhir karkas ditentukan oleh konformasi
bentuk kerangka dan tubuh, terutama dada, paha dan punggung. Perdagingan atau
ketebalan daging pada tulang dada, paha, betis dan punggung. Perlemakan atau
penyebaran dan ketebalan lemak di bawah kulit. Keutuhan atau ada tidaknya
tulang yang patah atau hilang, persendian yang lepas, kulit yang sobek atau
daging yang sobek maupun hilang, luka maupun adanya penebalan. Perubahan warna
atau ada tidaknya memar, freezer burn yaitu kondisi rusaknya
penampakan permukaan daging (terlihat sebagai spot-spot putih kusam dipermukaan
daging) yang disebabkan oleh pengeringan karena penguapan air dari permukaan
daging ke udara di dalam freezer, serta perubahan warna yang disebabkan mikroba atau zat-zat
kontaminasi lain. Kebesihan atau ada tidaknya bulu-bulu besar maupun bulu jarum
yang tertinggal atau kotoran yang menempel.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan yaitu
persiapan kandang sebelum DOC datang sudah memenuhi syarat. Syarat tersebut
diantaranya adalah setiap unit farm hendaknya hanya memelihara ayam pada umur
yang sama, waktu pembersihan kandang minimal selama empat belas hari antar flock, dan menyiapkan semua kebutuhan
peralatan untuk pemeliharaan ayam. Manajemen pemberian pakan sudah
dilakukan dengan baik, sisa pakan tidak dibuang dan
dalam pemberian minum dilakukan secara ad libitum, manajemen pemeliharaan baik pada fase starter (nol minggu sampai tiga minggu) maupun fase finisher (lima minggu sampai delapan minggu) sudah sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditetapkan. Sanitasi dan kesehatan sudah baik yaitu dengan pembalikan sekam, penyemprotan
kandang secara berkala dengan menggunakan desinfektan dan
pemberian vaksin secara rutin.
Pemeliharaan ayam kampung berlangsung selama delapan minggu. Ayam setelah delapan minggu dapat dilakukan processing. Processing meliputi penyembelihan dan membersihkan saluran pencernaan serta untuk mengetahui bobot badan
ayam yang mendekati sebenarnya, setelah processing
dilakukan pengemasan karkas dan non karkas dan penentuan grade karkas.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, B. M. 2005. Mengelola Ayam
Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Murtidjo, B. A. 2000. Mengelola
Ayam Buras. Cetakan ke-9. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Nuroso. 2010. Panen Ayam Pedaging
dengan Produksi Dua kali lipat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 2009. Panduan Beternak
Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, H. dan T, Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam
Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Tehnologi
Daging. Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta
Standar Nasional Indonesia
01-3924. 1995. Karkas Ayam Pedaging. Dewan Standardisasi Nasional.
Suprijatna, E. 2005. Ayam
Buras Krosing Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wasis.
1997. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Cetakan ke-6. PT Alumni, Bandung.
No comments:
Post a Comment