Thursday, September 19, 2013

LAPORAN PENYULUHAN



 
BAB I
KEADAAN UMUM
1.1.Kondisi Wilayah
Peternakan kelinci ini berada di Bandungan Dalam jalan kelinci yang berada di kota Semarang, provinsi Jawa Tegah. Kondisi daerah tersebut berada pada + 300 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perkebunan. Daerah peternakan tersebut mempunyai hembusan angin yang cukup kencang dengan suhu sekitar 28oC. Kondisi wilayah di peternakan daerah Bandungan Dalam ini cukup baik dan kondusif. Akses jalan menuju daerah tersebut dapat dilalui oleh kendaraan beroda dua dan empat, namun masuk ke wilayah peternakannya hanya mampu dilalui dengan kendaraan beroda dua. Keadaan wilayah peternakan masih alami dan terkelola cukup baik. Peternakan tersebut berada tepat dibelakang pemukiman penduduk yang berjarak sekitar 2 meter. Daerah tersebut dekat dengan lahan kosong yang terdapat banyak rumput liar yang digunakan sebagai lahan untuk pakan ternak. Daerah tersebut adalah daerah yang padat penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai pedagang dan tani ternak karena dekat dengan pasar sehingga lebih mudah dalam menjual hasil dari tani ternak mereka.

1.2.      Keadaan Sosial Ekonomi

      Masyarakat di wilayah Bandungan Dalam jalan kelinci yang berada di kota Semarang ini sebagian besar bermata pencaharian berdagang dan berternak. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah yang strategis yaitu dekat dengan pasar sehingga lebih mudah dalam memasarkan produk peternakan.Meskipun demikian ada juga masyarakat yang berternak sebagai usaha sampingan.Kesadaran penduduk setempat akan pentingnya pendidikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya penduduk setempat yang duduk di bangku sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA.Secara sosial ekonomicukup memadai baik itu berupa sarana pendidikan, sarana komunikasi, sarana peribadatan, sarana transportasi (sepeda motor, sepeda, mobil), sarana kesehatan, (puskesmas), sarana perekonomian (kios, pasar, wisata, penginapan, rumah makan dan perdagangan), maupun sarana air bersih yang cukup melimpah. Disekitar Wilayah Bandungan penduduk dengan rata-rata pendidikan SMP, mengandalkan Peternakan Kelinci sebagai mata pencahariannya dan juga sebagai petani sayuran karena wilayahnya yang dekat dengan pasar Bandungan.

1.3.Kondisi Peternakan
1.3.1.      Kondisi Peternakan Jumino


Bapak Jumino memiliki peternakan kelinci yang berada dibelakang rumahnya. Terdapat 31 ekor kelinci yang terdiri dari beberapa indukan dan anakan. Kandangnya terbuat dari kayu dan bambu, sedangkan alasnya menggunakan kerangka anyaman yang terbuat dari besi untuk memudahkan sanitasi dan atapnya menggunakan seng. Tempat pakan terbuat dari bambu yang dibelah menjadi dua sedangkan tempat minumnya terbuat dari plastik seperti bentuk mangkok. Tinggi kandang dari permukaan tanah sekitar 40 cm supaya mudah untuk melakukan sanitasi.
1.3.2.      Kondisi Peternakan Mugirin


Peternakan kelinci milik Bapak Mugirin berada di samping rumahnya. Terdapat 39 ekor kelinci yang terdiri dari beberapa indukan dan anakan. Seperti kebanyakan peternak kelinci lainnya, Pak Mugirin membuat kandang menggunakan kayu dan bambu sebagai kerangka, seng sebagai atap dan anyaman besi untuk alas kandang serta jarak antara permukaan tanah dengan kandang sekitar 30 cm. Sedangkan tempat pakan dan minum terbuat dari bahan plastik supaya lebih tahan lama dan mudah dibersihkan.

1.3.3.      Kondisi Peternakan Kaslan


Pak Kaslan memiliki 43 ekor kelinci yeng terdiri dari beberapa indukan dan anakan. Peternakan ini berada di belakang rumahnya yang terbuat dari kayu dan bambu dengan tinggi kandang sekitar 50 cm dari permukaan tanah. Atapnya terbuat dari seng sedangkan alas kandang dan tempat pakan terbuat dari bambu serta tempat minum dari bahan plastik. Dalam satu kandang dapat menampung 3 ekor kelinci dewasa. Kelinci indukan dan anakan berada di kandang yang berbeda.

1.3.4.      Kondisi Peternakan Minah


Terdapat 35 ekor kelinci di kandang ibu Minah yang berada di samping rumahnya. Kandang tersebut terbuat dari bambu sebagai kerangka, alas dan tempat pakan maupun minum. Sedangkan atapnya mengunakan genteng yang terbuat dari tanah liat. Dalam satu kandang dapat menampung 1 sampai 2 ekor kelinci yang dipisahkan sesuai dengan umurnya. Tinggi kandang dari permukaan tanah sekitar 25 cm untuk memudahkan sanitasi.

1.3.5.      Kondisi Peternakan Yudi


Mas Yudi memiliki 12 ekor kelinci yang semuanya adalah anakan. Kandang kelinci tersebut berada di depan rumahnya yang terbuat dari kayu. Anyaman seng sebagai alas, bambu sebagai tempat pakan dan mangkok plastik sebagai wadah air minum. Dalam satu kandang dapat menampung 3 sampai 4 ekor kelinci. Tinggi kandang dari permukaan tanah sekitar 20 cm.

1.3.6.      Kondisi Peternakan Tasman

Pak Tasman memiliki 24 ekor kelinci yang terdiri dari beberapa indukan dan anakan. Kandang kelinci tersebut berada di belakang rumahnya yang terbuat dari kayu dan bambu. Seng digunakan sebagai atapnya dan anyaman besi sebagai alas kandang serta mangkok plastik untuk wadah minum. Dalam satu kandang dapat berisi 2 sampai 3 ekor kelinci sesuai dengan umurnya. Tinggi kandang tersebut sekitar 40 cm dari permukaan tanah untuk memudahkan sanitasi.  

1.4.      Potensi Sumber Daya Alam

            Kondisi di Bandungan Dalam gang kelinci yang berada di kota Semarangsangat berpoternsi untuk usaha peternakan karena ketersediaan air yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan ternak dan berada pada daerah dataran tinggi, masih tersedianya lahan kosong yang cukup untuk menanam rumput untuk kebutuhan pakan ternak serta akses transportasi yang mudah dijangkau. Jenis tanah yang subur memungkinkan berbagai macam tumbuhan dan tanaman pangan maupun pakan dapat tumbuh dengan baik. selain itu terdapat pabrik yang menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Oleh karena itu peternak tidak khawatir atas kelangsungan hidup ternaknya.


















BAB II
 PERUMUSAN MASALAH
2.1.      Identifikasi Masalah
1.4.1.      Peternakan Jumino

            Masalah yang dihadapi oleh Pak Jumino terhadap ternaknya adalah gudek atau penyakit kulit dan kembung. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh kelinci. Hal ini sesuai dengan pendapat Subroto (2003) bahwa Penyakit yang biasa diderita oleh kelinci ialah flu, kembung, scabies (kudis) dan tidak nafsu makan. Scabies dapat disebabkan faktor lingkungan yang kurang bersih yang berpengarug terhadap kebersihan ternak terutama permukaan kulitnya. Scabies merupakan penyakit yang dapat menginfeksi kulit melalui berbagai jenis kuman. Hal ini sesuai pendapat Akoso (1996) yang menyatakan bahwa penyakit scabies adalah suatu peradangan pada kulit yang bersifat akut pada kulit, penyakit ini sering dijumpai pada kulit dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman atau mikroplasma.

1.4.2.      Kondisi Peternakan Mugirin
Masalah yang dihadapi oleh Pak Mugirin terhadap ternaknya adalah penyakit  kudis. Penyakit kudis merupakan salah satu penyakit umum yang sering menyerang ternak kelinci yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik. Penyakit ini cepat menular karena disebabkan oleh kutu kudis yang perkembang biakannya sangat cepat. Kutu kudis akan masuk kedalam kulit dengan cara melubanginnya sehingga menimbulkan luka dan gatal-gatal. Keadaan ini mengakibatkan ternak sering menggaruk-garukan tubuhnya pada dinding kandang sehingga timbul koreng, badannya cepat kurus, tidak mau makan dan akhirnya mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Ermawati (2011) yang menyatakan bahwa penyebab kudis adala kutu Sarcoptes scabiei yang berkembang biak dengan bertelur. Kutu ini masuk dan melubangi atau merusak lapisan kulit untuk bertelur, sehingga akan menimbulkan luka dan gatal-gatal. Akibatnya timbul infeksi kulit karena ternak akan sering manggaruk-garukan badannya pada dinding kandang sampai badannya dipenuhi dengan koreng, badannya cepat kurus karena nafsu makan menurun dan akhirnya mati. Ditambahkan oleh Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa penyakit yang umum dan paling sering menyerang ternak kelinci adalah Scabies, Coccidiosis, Pasteurellosis, dan Enteritis. Keempat penyakit ini umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap sanitasi di lingkungan peternakan.

1.4.3.      Kondisi Peternakan Kaslan
Masalah yang sering dialami Pak Kaslan pada peternakannya adalah kembung. Kebung dapat diakibatkan oleh pemberian pakan yang kurang tepat. Pak Kaslan memberikan pakan ampas tahu dan hijauan setiap hari. Namun pada saat pemberian pakan hijauan tidak pernah melayukannya terlebih dahulu sehingga kandungan airnya masih cukup banyak dan dapat menyebabkan kembung dan jika terus dibiarkan maka ternak bisa mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Belanger (1977) bahwa sebelum diberikan pada ternak hijauan sebaiknya dilayukan terlebih dahulu dengan cara membiarkan/ diangin-anginkan pada ruangan sekitar kandang. Ditambahkan oleh Blakely dan Bade (1998) bahwa kembung (Bloat) merupakan keadaan yang tidak sehat yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menimbulkan kematian ternak ruminansia.

1.4.4.      Kondisi Peternakan Minah
Masalah yang seing juga dihadapi oleh Bu Minah terhadap ternaknya adalah kudis dan kembung. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh kelinci terutama kudis yang disebabkan oleh kutu yang berkembang biak pada kulit ternak dengan cara melubanginya sehingga timbul rasa gatal dan ingin terus menggaruk. Kebradaan kutu disebabkan oleh sanitasi lingkungan kandang yang kurang optimal sehingga penyebaran kudu berlangsung cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Subroto (2003) bahwa Penyakit yang biasa diderita oleh kelinci ialah flu, kembung, scabies (kudis) dan tidak nafsu makan. Ditambahkan oleh Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa penyakit yang umum dan paling sering menyerang ternak kelinci adalah Scabies, Coccidiosis, Pasteurellosis, dan Enteritis. Keempat penyakit ini umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap sanitasi di lingkungan peternakan.

1.4.5.      Kondisi Peternakan Yudi
Masalah yang dihadapi oleh Mas Yudi pada peternakan kelincinya adalah kembung dn mencret. Penyakit ini diakibatkan pakan hijauan yang langsung diberikan tanpa proses pelayuan sehingga mengakibatkan kembung. Penyakit kembung merupakan penyakit yang membuat ternak tidak merasa nyaman dan mengakibatkan mencret. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) bahwa kembung (Bloat) merupakan keadaan yang tidak sehat yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menimbulkan kematian ternak ruminansia. Ditambahkan oleh Belanger (1977) bahwa sebelum diberikan pada ternak hijauan sebaiknya dilayukan terlebih dahulu dengan cara membiarkan/ diangin-anginkan pada ruangan sekitar kandang. Zat toksik pada beberapa hijauan seperti adanya HCN pada daun singkong dapat membahayakan kesehatan ternak. Melalui proses pelayuan zat toksik yang terkandung pada hijauan dapat dikurangi. Selain itu pelayuan dapat menurunkan kadar air hijauan yang sangat basah, dimana hijauan yang basah dapat mengakibatkan kembung (Bloat) dan mencret (enteritis) pada kelinci

1.4.6.      Kondisi Peternakan Tasman
Pada peternakan Pak Tasman juga tidak jauh berbeda dengan peternakan sebelumnya, dimana penyakit yang sering menyerang ternak kelincinya adalah penyakit kudis. Penyakit ini dapat dikarenakan keadaan kandang yang sering lembab oleh air atau kencing kelinci yang mempermudah timbulnya penyakit kudis. Hal ini sesuai dengan pendapat Subroto (2003) bahwa Penyakit yang biasa diderita oleh kelinci ialah flu, kembung, scabies (kudis) dan tidak nafsu makan. Ditambahkan oleh pendapat Ermawati (2011) yang menyatakan bahwa keadaan kandang yang lembab dapat memicu perkembangan atau timbulnya penyakit kubis.
2.2.                  Penetapan Masalah                 
            Dari wawancara yang dilakukan pada 6 peternak kelinci, rata-rata permasalahan yang sering dialami peternak adalah penyakit kembung dan scabies. Scabies adalah suatu peradangan pada kulit yang bersifat akut pada kulit, penyakit ini sering dijumpai pada kulit dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman atau mikoplasma. Hal ini sesuai dengan pendapat Ermawati (2011) yang menyatakan bahwa penyebab kudis adala kutu Sarcoptes scabiei yang berkembang biak dengan bertelur. Kutu ini masuk dan melubangi atau merusak lapisan kulit untuk bertelur, sehingga akan menimbulkan luka dan gatal-gatal. Akibatnya timbul infeksi kulit karena ternak akan sering manggaruk-garukan badannya pada dinding kandang sampai badannya dipenuhi dengan koreng, badannya cepat kurus karena nafsu makan menurun dan akhirnya mati. Sedangkan kembung yaitu ketika musim hujan, intensitas sinar matahari tidak menentu sehingga hijauan yang diberikan pada kelinci masih dalam keadaan basah (kadar air tinggi) yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Belanger (1977) bahwa sebelum diberikan pada ternak hijauan sebaiknya dilayukan terlebih dahulu dengan cara membiarkan/ diangin-anginkan pada ruangan sekitar kandang sehingga kadar air tidak terlalu tinggi dan menyebabkan kematian pada ternak. Penyakit kembung sangat rentan menyerang anak-anak kelinci yang belum lepas sapih (umur dibawah 1 bulan). Ciri-ciri dari  penyakit tersebut adalah nafsu makan kelinci berkurang, badannya terlihat lemas, dan pada akhirnya kelinci tersebut akan mengalami kematian yang mendadak. Hal ini sesuai dengan pendapat Subroto (2003) yang menyatakan bahwa penyakit yang biasa diderita oleh kelinci ialah flu, kembung, scabies (kubis) yang kemudian tidak nafsu makan sehingga bisa menyebabkan ternak kelinci mati mendadak.
                                                                                                

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1.                  Materi Penyuluhan
Materi yang diberikan pada program penyuluhan setelah melakukan kunjungan lapangan kepeternakan kelinci di daerah Bandungan Dalam dengan mengidentifikasi dan menetapkan masalah yang sering ditemui peternak adalah penyakit kembung dan scabies. Sifat materi penyuluhan berisikan pemecahan masalah kesehatan ternak dan lingkungan sekitar kandang. Pemeriksaan kesehatan ternak perlu dilakukan secara rutin agar produktivitas ternak tidak terganggu. Scabies adalah suatu peradangan pada kulit yang bersifat akut pada kulit, penyakit ini sering dijumpai pada kulit dan disebabkan oleh berbagai jenis kuman atau mikoplasma.  Sedangkan ciri-ciri dari  penyakitkembung adalah nafsu makan kelinci berkurang, badannya terlihat lemas, dan pada akhirnya kelinci tersebut akan mengalami kematian yang mendadak.Subroto (2003) menyatakan bahwa penyakit yang biasa diderita oleh kelinci ialah flu, kembung, scabies (kudis) yang kemudian tidak nafsu makan sehingga bisa menyebabkan ternak kelinci mati mendadak.

3.2.                  Metode Penyuluhan

            Metode penyuluhan yang dilakukan adalah dengan pendekatan kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Setiana (2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Menurut Martanegara (1993), bahwa suatu metode disebut efektif apabila dengan metode yang digunakan dalam suatu kegiatan penyuluhan, tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

3.3.      Media Penyuluhan

Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah poster. Sarwono (2002) menyatakan bahwa salah satu alat peraga penyuluhan yang paling mudah diperoleh atau dibuat adalah yang berupa benda. Alat peraga semacam ini terutama dimaksudkan untuk mepengaruhi pengetahuan dan ketrampilan sasaran dalam tahap minat, menilai dan mencoba. Kelebihan dari media poster adalah relatif tahan lama, dapat dibaca berulang-ulang, dapat digunakan sesuai kecepatan belajar masing-masing, serta mudah dibawa. Kelemahan media ini adalah proses penyampaian sampai pencetakan butuh waktu relatif lama, sukar menampilkan gerak, membutuhkan tingkat literasi yang memadai, cenderung membosankan bila padat dan panjang (Diamin, 2012).
3.4.      Evaluasi

Pemecahan masalah dalam penyuluhan ini dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah yang telah dialami. Diharapkan dengan pemberian penyuluhan kepada masyarakat terjadi perubahan, dari mulai survey yang dilakukan dipeternakan tersebut sampai dengan setelah penyuluhan. Setelah penyuluhan terlaksana, dapat dilakukan evaluasi kepada peternak dengan memberikan form  pertanyaan (kuesioner). Juga dapat melihat peningkatan atau inovasi dalam pengelolaan peternakan dari masing-masing peternak setelah penyuluhan selesai.

3.4.1.   Pretest
            Dalam metode penyuluhan, pretest merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat pemahaman dari peternak terhadap peternakan yang dikembangkan. Tahapan pretest ini dilakukan setelah adanya penyuluhan dengan penyampaian materi kepada peternak dari penyuluh. Adapun contoh dari soal pretest yang bisa diberikan adalah sebagai berikut :
a.         Jenis pakan apa saja yang diberikan kepada kelinci?
b.        Bagaimana sistem perkandangan yang baik untuk peternakan kelinci?
c.         Penyakit apa saja yang biasa menyerang ternak kelinci ?
d.        Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit yang menyerang ternak kelinci?
e.         Apa saja obat-obatan yang bisa dipakai untuk menyembuhkan ternak kelinci?

3.4.2.   Posttest
Setelah pretest dilakukan dan adanya penerapan terhadap materi yang diberikan saat penyuluhan, kemudian diadakannya postest yang merupakan bagian dari tahapan evaluasi terhadap hasil akhir penyuluhan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan penerapan materi yang telah diberikan pada saat penyuluhan. Adapun contoh dari soal postest yang bisa diberikan adalah sebagai berikut :
a.         Penyakit apa saja yang sering menyerang ternak kelinci?
b.        Bagaimana cara untuk mencegah penyakit tersebut?
c.         Tindakan apa yang dilakukan oleh peternak untuk menyembuhkan penyakit yang menyerang ternak tersebut?
d.        Apa saja obat-obatan yang bisa membantu menyembuhkan penyakit yang menyerang ternak kelinci?








DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Kulit. Kanisius, Yogyakarta.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Belanger, J. 1977. Raising Small Livestock. Rodale Press. Inc. Book Division, Emmaus,Pennsylavania 18049.

Diamin, E. 2011. Menuju Sertifikasi” :Membuat dan Menggunakan Media Penyuluhan Pertanian Level Supervisior”.http://media.kompasiana.com/buku/2011/11/23/menuju-sertifikasi-membuat-dan-menggunakan-media-penyuluhan-pertanian-level-supervisior/ (Diakses pada tanggal 13 November, 2012).


Mardiningsih, D. 2009. Efektivitas Penyuluhan Dengan Metode Komunikasi Langsung Dalam Usaha Meningkatkan Pengetahuan Peternak. Hal 52-57.

Martanegara, Achmad B.D. 1993.Hubungan  antaraKeefektifanMetode Penyuluhan dan Karakteristik serta SikapPeternak terhadap Cara PemberianPakan padaSapiPerah. LaporanPenelitian. FakultasPeternakan Unpad Bandung.

Sarwono, B.  2002.  Kelinci Potong dan Hias Cetakan Ke-1. Penerbit Agro Media Pustaka, Jakarta.

Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia Bogor.

Subroto, S.  2003.  Beternak Kelinci. Aneka Ilmu.  Semarang.




LAMPIRAN

Lampiran 1.   Data Responden

No
Nama
Umur
Pendidikan
Jumlah Ternak
Jumlah Keluarga
Masalah
Keterangan
1
Jumino
48
SMP
31
3
Penyakit

2
Mugirin
56
SD
39
4
penyakit

3
Kaslan
45
SMP
43
3
penyakit

4
Minah
40
SD
35
2
penyakit

5
Yudi
28
SMA
12
1
Pakan, penyakit

6
Taman
40
SMP
24
2
Penyakit



































Lampiran 2.   Kuisioner

I. Data Responden/Pemilik
Ø  Nama                                   :
Ø  Umur                                   :
Ø  Pendidikan Terakhir            :
Ø  Pekerjaan utama                  :
Ø  Pekerjaan sampingan           :

II. Usaha Ternak

Ø   Modal                                 :
Ø  Jenis komoditas ternak       :
Ø  Jumlah ternak                     :
Ø  Asal bibit                            :
Ø  Harga bibit                         :
Ø  Sistem pemeliharaan          :
Ø  Biaya produksi, meliputi   
- Harga pakan                     :
- Listrik                              :
Ø  Pendapatan yang diperoleh :

III. Pemeliharaan

Ø  Asal pakan                          :
Ø  Pakan yang diberikan          :
Ø  Cara pemberian pakan         :
Ø  Waktu pemberian pakan
- pagi                                   :
- sore                                   :
Ø  Pemberian vaksin                :
Ø  Penyakit yang pernah di derita  :
IV. Perkandangan

Ø  Luas kandang                      :
Ø  Tipe kandang                      :
Ø  Kapasitas kandang              :
Ø  Biaya pembuatan                :
Ø  Bahan pembuat kandang    :
Ø  Sanitasi kandang                 :

V. Pemasaran

Ø  Tempat pemasaran             :
Ø  Harga penjualan                 :
Ø  Transportasi                        :

No comments:

Post a Comment