Friday, September 13, 2013

simple research


PENGARUH BERBAGAI TINGKAT PENGENCER KUNING TELUR DALAM NaCl FISIOLOGIS 0,9% TERHADAP pH SEMEN DAN MOTILITAS SPERMATOZOA AYAM BANGKOK
Sistem perkawinan berperan penting dalam usaha peternakan, tentunya dalam pengadaan bibit. Sistem perkawinan dilakukan dengan harapan dapat memperoleh bibit yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari induknya. Sistem perkawinan yang ada saat ini yaitu perkawinan alami dan inseminasi buatan, namun IB sangat lebih efisien di banding dengan alami. Teknik inseminasi yaitu dengan cara pemakaian semen pejantan yang akan di inseminasikan pada betina dalam jumlah yang banyak.
Pengenceran sangat  berperan untuk inseminasi buatan, bisa saja semen hasil penampungan langsung di IB kan pada betina namun tidak banyak, pengencer berfungsi untuk menambah kuantitas semen, bertujuaan untuk semen segar yang di ambil dari pejantan dapat dideposisikan ke betina dalam jumlah yang banyak.
Kuning telur sebagai pengencer didasarkan bahwa telur mengandung lechitine dan lipoprotein dalam telur yang berguna untuk makana spermatozoa dan juga sebagai pencegah penggumpalan, akibat dari oksidasi atiaglutinitas. Fungsi dari NaCl sebagai bufer, mempertahankan pH, mengoptimalkan motilitas dalam kondisi oksigen, mendukung spermatozoa hidup diluar tubuh.
Penelitian dengan materi semen ayam Bangkok masih kurang perhatian dari peneliti, Serta belum ditemukanya jenis pengencer yang baik untuk meningkatkan kualitas dan daya hidup pada semen ayam bangkok. Berdasarkan alasan di atas maka perlunya dilakukan penelitian mengenai perbandingan pengencer kuning telur dalam larutan NaCl fisiologis 0,9% terhadap kualitas dalam hal motilitas spermatozoa serta pH semen. Tujuan penelitian ini mengetahui tingkat pengencer kuning telur dala NaCl fisiologis 0,9%terhadap kualitas semen ayam ayam bangkok serta dapat mengetahui perbandingan kuning telur dalam NaCl fisiologis 0,9% yang baik dan dapat mendukung kehidupan spermatozoa yang akan di inseminasikan.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan untuk mengetahui daya tahan spermatozoa ayam berada dalam suhu ruang serta mengetahui motilitas sperma, dengan perbandingan kuning telur dalam NaCl fisiologis 0,9%.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan info tentang ukuran pengenceran yang baik untuk mengoptimalkan kualitas sperma serta mendukung kehidupan semen yang akan di inseminasikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung
            Ayam kampung biasanya di pelihara masyarakat dengan cara di umbarkan. Ayam kampung dapat juga disebut ayam lokal, pengertian dari ayam lokal adalah ayam asli Indonesia yang belum mengalami perbaikan mutu genetis. Ayam lokal disebut juga ayam  buras atau ayam bukan ras ( Sudrajat, 2004), menurut Suprijatna et al. (2005) di beberapa daerah ayam lokal dikembangkan masyarakat sehingga  memiliki karakteristik yang relative homogen, baik bentuk tubuh maupun warna bulu. Produksi ayam lokal sangat rendah bergantung pada jenis ayam lokal, individu induk, sistem pemeliharaan kandungan pakan dan kondisi lingkungan (Dewi 1999), Ayam lokal juga mempunyai ciri khas yaitu genetisnya yang tak seragam baik dalam satu daerah maupun lain daerah (Apriandi 1998).
Semen Ayam
                        Semen adalah sekresi kelamin jantan yang normal diejakulasikan dalam saluran reproduksi hewan betina sewaktu koopulasi ( Toilehere 1981 ). Semen terdiri dari spermatozoa dan plasma yang diproduksi dalam testes dan ductus deferens ( Lake dan Stewart 1978 ). Ayam tak memiliki kelenjar kelamin pelengkap maka plasma semen ayam hanya dari tubulus seminiferous, ductus epididymis dan ductus deferens ditambah dengan campuran cairan transparan yang berasal dari sekresi lipatan-lipatan limped dan badan-badan vascular dalam kloaka bila di tampung dengan cara pemijatan (King dan McLelland 1975).            ( Gilbert 1980), spermatozoa pada unggas berbentuk filiformis.
Spermatozoa
Spermatozoa di bentuk dalam testes, melalui proses ini disebut spermatogenesis. Tetapi mengalami pematangan yang berada di epidedemis dimana spermatozoa disimpan sampai ejakulasi.Spermatozoa terdiri dari kepala spermatozoa yang membawa materi herediter paternal dan ekor berguna untuk sarana penggerak. Ukuran dan bentuk spermatozoa pada tiap hewan adalah beda namun  struktur morfologinya tetap sama (Toilehere 1981). Spermatozoa pada unggas jauh berbeda dengan hewan pada umumnya. Kepala berbentuk silindris panjang dan akrosom lebih runcing (Gilbert 1985).
pH semen
            Spermatozoa yang layak untuk di inseminasi buatan yang tingkat kematianya dibawah 15% (Toelihere, 1985),. Derajat keasaman (pH) semen unggas bersifat basa yaitu mempunyai rata-rata 9 (Kismiati 1997). Sedangkan menurut Hardianto (1993), pH seme ayam antara 8,5 – 9. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan kertas pH atau agar lebih akurat lagi dengan pH meter. Derajat keasaman semen sangat berpengaruh terhadap daya hidup spermatozoa. Semakin rendah nilai pH maka semakin rendah pula daya hidup yang dihasilkan, hal ii disebabkan karena produksi asam laktat dan proses metabolisme spermatozoa. Menurut Lake (1991) spermatozoa dapat bertahan pada titik terendah 6,8.
Motilitas Speermatozoa
Pemeriksaan motilitas (Presentase gerak maju spermatozoa) dilakukan segera mungkin setelah penampungan dan dilakukan lagi setelah dilakukan pengenceran (Perry, 1963). Penilaian Mikroskopik terhadap spermatozoa bersifat subjektif. Motilitas spermatozoa dapat dilihat dengan jelas melalui mikroskop dengan perbesaran 10x10 dengan cahay yang dikurangi (Toilehere, 1981).  Motilitas dalam spermatozoa dalam suatu contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu  populasi sperma dan tidak bisa ditentukan secara mutlak (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Pengencer Semen
            Pengencer semen yang baik adalah bahan yang tidak mengandung toksik, mudah diperoleh dan disiapkan, murah, mampu menunjang hidup spermatozoa dan penyimpanan yang mudah (Perry 1963). Pengenceran semen juga harus memberi kemungkinan pengujian setelah pengenceran (Partodiharjo 1982).
Natrium Klorida
            Natrium klorida sering disebut NaCl fisiologis, fungsi utama dari NaCl fisiologis yaitu pengencer semen yang memiliki tekanan osmotikyang sama dengan darah. Ion Na yang terdapat pada NaCl0,9% sebagai pengencer semen unggas akan mempertahakan kelangsungan hidup spermatozoa (Mann, 1964). Spermatozoa unggas toleran terhadap konsentrasi NaCl 0,5-1,5%. Menurut Bogdonoff dan Shaffner yang disitasikan Smyth dan Robeth 1968 Pengggunaan NaCl fisiologis atau garam kimia murni yang sangat dianjurkan guna untuk mempertahankan pH semen sekitar 6,6-6,8 dan menjaga tekanan osmotik.
Kuning telur
            Kuning telur segar sebagai pengencer semen dapat melindungi spermatozoa terhadap kejutan dengin karena mengandung lipoprotein dan lesitin. Kandungan glukosa, bermacam protein dan vitamin yang larut dalam air pada kuning telur dapat dimanfaatkan oleh spermatozoa sebagai sumber makanan untuk metabolisme spermatozoa (Salisbury dan Vandemark, 1985). Pengenceran kuning telurdapat dikombinasikan dengan bahan penyanggah antara lain fosfat, natrium, sodium dan postasium (Toilehere, 1981).
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian tentang pengaruh tingkat pengencer kuning telur dalam NaCl 0,9% terhadap pH Semen dan motilitas spermatozoa ayam bangkok akan dilaksanakan  pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium genetika, pemuliaan dan Reproduksi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi Penelitian
 Materi yang digunakan dalam penelitian ini empat ekor ayam bangkok jantan dan pengencer kuning telur dalam NaCl fisiologis 0,9%. Alat yang digunakan timbangan elektrik, tabung penampung berskala, 2 buah gelas ukur, indikator pH, Mikroskop, kertas label dan tisue guna untuk membersihkan kloaka pada ayam.
Metode Penelitian
            Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap pelaksanaan yaitu tahap pendahuluan, tahap perlakuan dan analisis data.
Tahap Perlakuan
            Tahap perlakuan yang dicobakan adalah tingkat pengenceran kuning tekur ayam dalam NaCl fisiololgis  0,9%. Menampung semen ayam dalam tabung penampungan berskala, selanjutnya semen dari setiap penampungandiambil menggunakan pipet sebanyak 3 tetes dan di tempatkan dalam 3 tabung yang berbeda untuk perlakuan berikut :
T1= pengenceran semen menggunakan kuning telur dalam NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:2 sebanyak 10 tetes
T2= pengenceran semen menggunakan kuning telur dalam NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:4  sebanyak 10 tetes
  T3= pengenceran semen menggunakan kuning telur dalam NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:6  sebanyak 10 tetes
Parameter Penelitian

pH Semen, pH semen diukur dengan menggunakan kertas indikator pH dengan ketelitian 1. Kertas indikator ditetesi semen yang telah diencerkankemudian menyocokan warna kertas indikator pH dengan warna standar yang tersedia, dilakukan setelah pengenceran dan setiap 15 menit  sesudahnya.
Motilitas spermatozoa, Semen yang telah diencerkan ditetes pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan menggunakan mikroskopis dengan perbesar 10x10 dilakukan setelah pengenceran dan setiap 15 menit sesudahnya.
Analisis Data

            Model matematika rancangan percobaan yang digunakan menurut Srigandono (1987) adalah:
Xij = µ + αi + εij



Keterangan:
Xij       : angka pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ          : rata-rata umum hasil pengamatan perlakuan
εij        : pengaruh galat yang timbul pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i           : perlakuan ke-i (1, 2, 3,....t)
j           : ulangan ke-j (1, 2, 3,....t)
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0       : tidak ada pengaruh penambahan pupuk kandang itik pada kualitas hijauan tanaman mata lele (Azolla pinnata).
H1       : ada pengaruh penambahan pupuk kandang itik pada kualitas hijauan tanaman mata lele (Azolla pinnata).
            Kriteria pengujian analisis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, W.S.K.U, 1999 Perbandingan penampilan produksi elur ayam Buras dari 3 daerah yang dipelihara secara intensif. Skripsi Sarjana Biologi, FMIPA, Universitas Diponegoro
Gilbert, A.B. 1985. Poultry Science. Dalam: E.S.E. Hafez, (Ed). Reproduction in Farm Animals. Edition. Lea and Febiger, Philedelphia. Hal 423-446.
King. A.S. and Mc Lelland. 1975. Outlines of Avian Anatomy. Braillere Tindall

Lake, PE dan J.M . Stewart. 1978. Artifical insemination in Poultry. 1 Edition ministry of Agriculture, Fisheries and food Bulletin Her Majesty Stationary Office, London.

Mann, T. 1964. The Biochemistry of semen and the male Reproduction tract Metheun and Co. Ltd, London.
Partodihajo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan Pertama. Penerbit Mutiara Jakarta
Perry, E.J. 1963. The Artifical Insemination of farm Animals. Rutgers University Press. New Brunswick, New Jersey.
Salisbury, G.W dan N.L VanDemark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi  buatan pada sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R. Djanuar)
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudadjana. 2005. Ilmu Dasar Tenak Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta
Smyth, J. Dan J. Robeth. 1968. Poultry. Dalam : E.J Perry, (Ed). The Artificial Insemination of farm Animals. 4 Edition Rutgers University. New Brunswick, New Jersey.
Toilehere, M.R 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Edisi Pertama. Penerbit Angkasa, Bandung
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.

No comments:

Post a Comment