PENGARUH
BERBAGAI TINGKAT PENGENCER KUNING TELUR DALAM NaCl FISIOLOGIS 0,9% TERHADAP pH
SEMEN DAN MOTILITAS SPERMATOZOA AYAM BANGKOK
Sistem
perkawinan berperan penting dalam usaha peternakan, tentunya dalam pengadaan
bibit. Sistem perkawinan dilakukan dengan harapan dapat memperoleh bibit yang
mempunyai kualitas yang lebih baik dari induknya. Sistem perkawinan yang ada
saat ini yaitu perkawinan alami dan inseminasi buatan, namun IB sangat lebih
efisien di banding dengan alami. Teknik inseminasi yaitu dengan cara pemakaian
semen pejantan yang akan di inseminasikan pada betina dalam jumlah yang banyak.
Pengenceran
sangat berperan untuk inseminasi buatan,
bisa saja semen hasil penampungan langsung di IB kan pada betina namun tidak
banyak, pengencer berfungsi untuk menambah kuantitas semen, bertujuaan untuk
semen segar yang di ambil dari pejantan dapat dideposisikan ke betina dalam
jumlah yang banyak.
Kuning
telur sebagai pengencer didasarkan bahwa telur mengandung lechitine dan
lipoprotein dalam telur yang berguna untuk makana spermatozoa dan juga sebagai
pencegah penggumpalan, akibat dari oksidasi atiaglutinitas. Fungsi dari NaCl
sebagai bufer, mempertahankan pH, mengoptimalkan motilitas dalam kondisi
oksigen, mendukung spermatozoa hidup diluar tubuh.
Penelitian
dengan materi semen ayam Bangkok masih kurang perhatian dari peneliti, Serta
belum ditemukanya jenis pengencer yang baik untuk meningkatkan kualitas dan
daya hidup pada semen ayam bangkok. Berdasarkan alasan di atas maka perlunya
dilakukan penelitian mengenai perbandingan pengencer kuning telur dalam larutan
NaCl fisiologis 0,9% terhadap kualitas dalam hal motilitas spermatozoa serta pH
semen. Tujuan penelitian ini mengetahui tingkat pengencer kuning telur dala
NaCl fisiologis 0,9%terhadap kualitas semen ayam ayam bangkok serta dapat
mengetahui perbandingan kuning telur dalam NaCl fisiologis 0,9% yang baik dan
dapat mendukung kehidupan spermatozoa yang akan di inseminasikan.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
untuk mengetahui daya tahan spermatozoa ayam berada dalam suhu ruang serta
mengetahui motilitas sperma, dengan perbandingan kuning telur dalam NaCl
fisiologis 0,9%.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
dari penelitian ini adalah dapat memberikan info tentang ukuran pengenceran
yang baik untuk mengoptimalkan kualitas sperma serta mendukung kehidupan semen
yang akan di inseminasikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung
Ayam
kampung biasanya di pelihara masyarakat dengan cara di umbarkan. Ayam kampung
dapat juga disebut ayam lokal, pengertian dari ayam lokal adalah ayam asli Indonesia
yang belum mengalami perbaikan mutu genetis. Ayam lokal disebut juga ayam buras atau ayam bukan ras ( Sudrajat, 2004),
menurut Suprijatna et al. (2005) di
beberapa daerah ayam lokal dikembangkan masyarakat sehingga memiliki karakteristik yang relative homogen,
baik bentuk tubuh maupun warna bulu. Produksi ayam lokal sangat rendah
bergantung pada jenis ayam lokal, individu induk, sistem pemeliharaan kandungan
pakan dan kondisi lingkungan (Dewi 1999), Ayam lokal juga mempunyai ciri khas
yaitu genetisnya yang tak seragam baik dalam satu daerah maupun lain daerah
(Apriandi 1998).
Semen Ayam
Semen adalah
sekresi kelamin jantan yang normal diejakulasikan dalam saluran reproduksi
hewan betina sewaktu koopulasi ( Toilehere 1981 ). Semen terdiri dari spermatozoa dan plasma yang diproduksi dalam
testes dan ductus deferens ( Lake dan Stewart 1978 ). Ayam tak memiliki
kelenjar kelamin pelengkap maka plasma semen ayam hanya dari tubulus
seminiferous, ductus epididymis dan ductus deferens ditambah dengan campuran
cairan transparan yang berasal dari sekresi lipatan-lipatan limped dan
badan-badan vascular dalam kloaka bila di tampung dengan cara pemijatan (King dan
McLelland 1975). ( Gilbert 1980), spermatozoa pada
unggas berbentuk filiformis.
Spermatozoa
Spermatozoa
di bentuk dalam testes, melalui proses ini disebut spermatogenesis. Tetapi
mengalami pematangan yang berada di epidedemis dimana spermatozoa disimpan
sampai ejakulasi.Spermatozoa terdiri dari kepala spermatozoa yang membawa
materi herediter paternal dan ekor berguna untuk sarana penggerak. Ukuran dan
bentuk spermatozoa pada tiap hewan adalah beda namun struktur morfologinya tetap sama (Toilehere
1981). Spermatozoa pada unggas jauh berbeda dengan hewan pada umumnya. Kepala
berbentuk silindris panjang dan akrosom lebih runcing (Gilbert 1985).
pH semen
Spermatozoa
yang layak untuk di inseminasi buatan yang tingkat kematianya dibawah 15%
(Toelihere, 1985),. Derajat keasaman (pH) semen unggas bersifat basa yaitu
mempunyai rata-rata 9 (Kismiati 1997). Sedangkan menurut Hardianto (1993), pH
seme ayam antara 8,5 – 9. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan cara sederhana,
yaitu dengan kertas pH atau agar lebih akurat lagi dengan pH meter. Derajat
keasaman semen sangat berpengaruh terhadap daya hidup spermatozoa. Semakin
rendah nilai pH maka semakin rendah pula daya hidup yang dihasilkan, hal ii
disebabkan karena produksi asam laktat dan proses metabolisme spermatozoa.
Menurut Lake (1991) spermatozoa dapat bertahan pada titik terendah 6,8.
Motilitas
Speermatozoa
Pemeriksaan
motilitas (Presentase gerak maju spermatozoa) dilakukan segera mungkin setelah
penampungan dan dilakukan lagi setelah dilakukan pengenceran (Perry, 1963).
Penilaian Mikroskopik terhadap spermatozoa bersifat subjektif. Motilitas
spermatozoa dapat dilihat dengan jelas melalui mikroskop dengan perbesaran
10x10 dengan cahay yang dikurangi (Toilehere, 1981). Motilitas dalam spermatozoa dalam suatu
contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari
suatu populasi sperma dan tidak bisa
ditentukan secara mutlak (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Pengencer Semen
Pengencer semen yang baik adalah
bahan yang tidak mengandung toksik, mudah diperoleh dan disiapkan, murah, mampu
menunjang hidup spermatozoa dan penyimpanan yang mudah (Perry 1963).
Pengenceran semen juga harus memberi kemungkinan pengujian setelah pengenceran
(Partodiharjo 1982).
Natrium Klorida
Natrium
klorida sering disebut NaCl fisiologis, fungsi utama dari NaCl fisiologis yaitu
pengencer semen yang memiliki tekanan osmotikyang sama dengan darah. Ion Na
yang terdapat pada NaCl0,9% sebagai pengencer semen unggas akan mempertahakan
kelangsungan hidup spermatozoa (Mann, 1964). Spermatozoa unggas toleran
terhadap konsentrasi NaCl 0,5-1,5%. Menurut Bogdonoff dan Shaffner yang
disitasikan Smyth dan Robeth 1968 Pengggunaan NaCl fisiologis atau garam kimia
murni yang sangat dianjurkan guna untuk mempertahankan pH semen sekitar 6,6-6,8
dan menjaga tekanan osmotik.
Kuning telur
Kuning
telur segar sebagai pengencer semen dapat melindungi spermatozoa terhadap
kejutan dengin karena mengandung lipoprotein dan lesitin. Kandungan glukosa,
bermacam protein dan vitamin yang larut dalam air pada kuning telur dapat
dimanfaatkan oleh spermatozoa sebagai sumber makanan untuk metabolisme spermatozoa
(Salisbury dan Vandemark, 1985). Pengenceran kuning telurdapat dikombinasikan
dengan bahan penyanggah antara lain fosfat, natrium, sodium dan postasium
(Toilehere, 1981).
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian
tentang pengaruh tingkat pengencer kuning telur dalam NaCl 0,9% terhadap pH
Semen dan motilitas spermatozoa ayam bangkok akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium
genetika, pemuliaan dan Reproduksi Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini
empat ekor ayam bangkok jantan dan pengencer kuning telur dalam NaCl fisiologis
0,9%. Alat yang digunakan timbangan elektrik, tabung penampung berskala, 2 buah
gelas ukur, indikator pH, Mikroskop, kertas label dan tisue guna untuk
membersihkan kloaka pada ayam.
Metode Penelitian
Penelitian
dilaksanakan dalam tiga tahap pelaksanaan yaitu tahap pendahuluan, tahap
perlakuan dan analisis data.
Tahap Perlakuan
Tahap
perlakuan yang dicobakan adalah tingkat pengenceran kuning tekur ayam dalam
NaCl fisiololgis 0,9%. Menampung semen
ayam dalam tabung penampungan berskala, selanjutnya semen dari setiap
penampungandiambil menggunakan pipet sebanyak 3 tetes dan di tempatkan dalam 3
tabung yang berbeda untuk perlakuan berikut :
T1= pengenceran semen menggunakan
kuning telur dalam NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:2 sebanyak 10 tetes
T2= pengenceran semen menggunakan kuning telur dalam
NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:4
sebanyak 10 tetes
T3= pengenceran semen menggunakan
kuning telur dalam NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:6 sebanyak 10 tetes
Parameter Penelitian
pH Semen,
pH semen diukur dengan menggunakan kertas indikator pH dengan ketelitian 1.
Kertas indikator ditetesi semen yang telah diencerkankemudian menyocokan warna
kertas indikator pH dengan warna standar yang tersedia, dilakukan setelah
pengenceran dan setiap 15 menit
sesudahnya.
Motilitas spermatozoa, Semen
yang telah diencerkan ditetes pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan menggunakan mikroskopis dengan perbesar 10x10 dilakukan setelah
pengenceran dan setiap 15 menit sesudahnya.
Analisis Data
Model matematika rancangan percobaan yang
digunakan menurut Srigandono (1987) adalah:
Xij = µ + αi + εij
Keterangan:
Xij :
angka pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ :
rata-rata umum hasil pengamatan perlakuan
εij :
pengaruh galat yang timbul pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i :
perlakuan ke-i (1, 2, 3,....t)
j :
ulangan ke-j (1, 2, 3,....t)
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
H0 : tidak ada pengaruh
penambahan pupuk kandang itik pada kualitas hijauan tanaman mata lele (Azolla pinnata).
H1 : ada pengaruh penambahan
pupuk kandang itik pada kualitas hijauan tanaman mata lele (Azolla pinnata).
Kriteria pengujian
analisis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan
H1 diterima
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi, W.S.K.U, 1999 Perbandingan
penampilan produksi elur ayam Buras dari 3 daerah yang dipelihara secara
intensif. Skripsi Sarjana Biologi, FMIPA, Universitas Diponegoro
Gilbert,
A.B. 1985. Poultry Science. Dalam: E.S.E. Hafez, (Ed). Reproduction in Farm
Animals. Edition. Lea and Febiger, Philedelphia. Hal 423-446.
King. A.S. and Mc Lelland. 1975.
Outlines of Avian Anatomy. Braillere Tindall
Lake,
PE dan J.M . Stewart. 1978. Artifical insemination in Poultry. 1 Edition
ministry of Agriculture, Fisheries and food Bulletin Her Majesty Stationary
Office, London.
Mann,
T. 1964. The Biochemistry of semen and the male Reproduction tract Metheun and
Co. Ltd, London.
Partodihajo,
S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan Pertama. Penerbit Mutiara Jakarta
Perry,
E.J. 1963. The Artifical Insemination of farm Animals. Rutgers University
Press. New Brunswick, New Jersey.
Salisbury,
G.W dan N.L VanDemark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi buatan pada sapi. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R. Djanuar)
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudadjana. 2005.
Ilmu Dasar Tenak Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta
Smyth,
J. Dan J. Robeth. 1968. Poultry. Dalam : E.J Perry, (Ed). The Artificial
Insemination of farm Animals. 4 Edition Rutgers University. New Brunswick, New
Jersey.
Toilehere,
M.R 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Edisi Pertama. Penerbit Angkasa,
Bandung
Toelihere,
M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
No comments:
Post a Comment