BAB I
PENDAHULUAN
Sumber
protein hewani yang terjangkau dan ekonomis untuk masyarakat salah satunya
adalah berasal dari unggas, bisa dari dagingnya maupun telurnya. Peningkatan
jumlah populasi dan tingkat produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan
ketersediaan pakan. Pakan merupakan sumber energi utama bagi ternak. Energi
tersebut berupa energi bruto, dalam tubuh ternak sebagian energi bruto terbuang
dalam ekskreta dan selebihnya
berupa energi metabolis.
Komposisi
bahan pakan dalam ransum ayam merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi, oleh sebab itu bahan pakan penyusun
perlu diketahui kandungan gizinya, antara lain nilai energi atau kalori untuk menentukan
ransum yang sesuai dengan kebutuhan energi metabols (EM) yang akan dikonsumsi
ayam. Ayam petelur akan mencapai pertumbuhan dan produksi telur yang optimal jika
energi metabolis yang berbeda berdasarkan tingkat umur ayam, atau periode ayam
petelur (starter, grower, layer dan finisher).
Tujuan
dari Praktikum Pengukuran Kalori yaitu agar mampu melakukan pengukuran kalori
dengan bom kalorimeter secara benar sesuai prosedur dan petunjuk pengukuran.
Mampu melakukan preparasi sampel, menentukan interpolasi dan menghitung jumlah
kalori yang dihasilkan. Praktikum bermanfaat untuk menambah keahlian dalam menggunakan alat bom
kalorimeter.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Ransum Ayam Petelur
Bahan ransum
adalah bahan yang terdiri dari hasil pertanian, bahan asal hewan atau ikan dan
hasil industri ditambah dengan hasil ikutannya. Ransum adalah pakan jadi atau
hasil pencampuran beberapa bahan pakan (Deptan, 1995). Ransum merupakan
komponen biaya terbesar yaitu 60-80% dari seluruh biaya produksi pada ternak
unggas (Murtidjo, 2006).
Ransum merupakan
campuran bahan makanan dalam kombinasi tertentu, sehingga memenuhi kebutuhan
ayam akan zat gizi secara tepat dan seimbang (Rukmana, 2003). Ransum dibuat
dari beberapa bahan baku makanan dari berbagai sumber, yang disusun dengan
cara-cara tertentu, kandungan nutrisinya disesuaikan dengan kebutuhan ayam.
Kandungan nutrisi ayam starter
berbeda dengan kandungan nutrisi ransum ayam grower, demikian pula ransum ayam grower berbeda dengan ransum ayam periode produksi yang tengah berproduksi (Sudarmono, 2003). Konsumsi ayam petelur fase layer/ekor/hari
adalah 150 gram atau 0,15 kg (Anggorodi, 1995). Ransum pakan ayam petelur periode layer sedikitya harus
mengandung energi sebesar 2900 kkal/kg
dan kandungan protein pakan adalah 20% tergantung spesies, aktivitas dan
faktor lingkungan (Widodo, 2007).
2.2. Energi
Energi
bukan merupakan nutrien, energi diperoleh dari oksidasi bahan organik
(karbohidrat, protein dan lemak). Energi diperlukan untuk fungsi tubuh serta
melancarkan reaksi sintesis dalam tubuh. Nilai energi pakan dinyatakan sebagai Energi Metabolisme (EM), Digestible Energy
(DE) dan Net Energy (NE). Satuan energi adalah kalori dan joule.
Kalori (Cal) adalah panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur 1 gram air
dari 16,5 oC menjadi 17,5 oC. Gross Energy (GE) adalah total energi yang dilepaskan sebagai panas
ketika bahan pakan (zat) dioksidasi secara komplit menjadi CO2 + H2O.
Gross
energy ransum ayam petelur adalah
3624,62, nilai GE dapat lebih dan kurang dari hasil tersebut
karena dipengaruhi oleh penggunaan bahan pakan dan takaran penyusunan bahan
pakan (Anggarayono dan Tristiarti, 2008). Digestible Energy (DE)
adalah gross energy dari pakan
yang dikonsumsi dikurangi gross
energy yang keluar bersama feses (Kartadisastra, 2012). Kebutuhan energi pada unggas di bagi
menjadi tiga komponen utama yaitu pertama energi untuk hidup pokok (maintenance) atau sering juga disebut
metabolisme basal, untuk aktivitas dan enrgi yang dibutuhkan untuk memproduksi
telur (Bahri dan Rusdi, 2008). Metabolisme basal diukur dengan
menggunakan ternak yang dipuasakan di
bawah kondisi tubuh normal. Energi ini dihitung dengan mengukur konsumsi
oksigen dan energi yang digunakan oleh
unggas (Lesson dan Summers, 2001).
2.3. Bombkalorimeter
Kalorimeter bom
adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang
dibebaskan pada pembakaran sempurna dalam O2 berlebih suatu senyawa, bahan makanan dan bahan bakar. Prinsip kerja alat bom kalorimeter
yaitu sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter),
dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung (Bahri dan Rusdi, 2008). Gross Energy (GE) atau Energi Bruto (EB) adalah panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampel pakan
atau bahan pakan dan diukur dengan alat Bomb Kalorimeter. Alat tersebut mengukur
jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa
(Anggorodi, 1995).
2.4. Energi Metabolis dan Pemanfaatannya
Energi metabolis (EM) merupakan energi makanan yang tersedia bagi
ternak untuk metabolisme pokok hidup, pertumbuhan, menggemukkan dan produksi
telur bagi ayam petelur. EM dimanfaatkan untuk hidup pokok, produksi dan aktivitas
(Austic dan Nesheim, 1990). EM bahan
makanan dihitung dari EB bahan makanan yang dikonsumsi ayam dikurangi dengan EB
dalam kotoran, energi berupa gas dan urine (Haryono dan Ujianto, 2000).
Net Energy (NE) adalah energi metabolisme
dikurangi energi yang hilang sebagai panas yang meningkat. Termasuk energi
untuk maintenance (hidup pokok) dan
produksi telur. Kebutuhan metabolisme
energi dapat berubah-ubah tergantung spesies, genetik, umur ayam, lingkungan dan pola konsumsi pakan. Pola konsumsi pakan dipengaruhi perubahan temperatur (suhu)
lingkungan kandang. Feed intake akan
turun ± 1,5 gram bila suhu meningkat 1oC (diatas 30oC)
dan turun 2,5 - 4 gram/ekor pada suhu di atas 35 oC (Kartadisastra,
2012). Standar suplai
EM ayam petelur periode produksi adalah 400-450 kkal (Anggorodi, 1995).
Pada
ayam ras petelur periode produksi, kebutuhan energi dalam pakan sama halnya
seperti periode pertumbuhan, tingkat kebutuhan energi sulit ditentukan secara
pasti karena ayam mampu untuk menyesuaikan kebutuhannya. Namun, produksi telur
yang maksimal tidak akan tercapai bila taraf energi pakan kurang dari 2600
kkal/kg. Pada periode produksi, kebutuhan energi digunakan untuk laju
metabolisme basal, aktivitas, dan disimpan dalam bentuk telur. Laju metabolisme
basal diperkirakan membutuhkan 68 kkal per kg berat badan dan meningkat 0,75
kali setiap kenaikan berat badan. Aktivitas tubuh membutuhkan 50% dari
metabolisme basal, sedangkan sebutir telur yang besar memerlukan 90 kkal
(Suprijatna et al., 2005). Energi
metabolis (EM) merupakan energi makanan yang tersedia bagi ternak untuk
metabolisme pokok hidup, pertumbuhan dan produksi telur bagi ayam petelur. EM
bahan makanan dihitung dari EB bahan makanan yang dikonsumsi ayam dikurangi
dengan EB dalam kotoran, energi beruipa gas dan urine. Pengukuran kandungan
energi secara langsung pada ayam bertujuan untuk mengetahui nilai energi
metabolis bahan pakan ayam dengan tepat sebelum menyusun ransum jadi, sehingga
kandungan EM pada jenis ransum yang akan dikonsumsi ayam dapat terpenuhi
menurut standar kebutuhan (Haryono dan Ujianto, 2000).
Energi
metabolis merupakan energi yang siap untuk dimanfaatkan oleh ternak dalam
berbagai aktifitas seperti aktifitas fisik, mempertahankan suhu tubuh,
metabolisme, pembentukan jaringan, reproduksi dan produksi. Energi metabolis
sangat penting diketahui dalam proses penyusunan ransum dan nilainya dipengaruhi
oleh kandungan dan keseimbangan nutrisi bahan makanan, dan kandungan serat
kasar yang merupakan faktor utama dalam yang menentukan besarnya energi
metabolis yang mungkin dapat dicapai, oleh karena serat kasar dapat menurunkan
kecernaan pakan (Bahri dan Rusdi, 2008). Standar kebutuhan nutrisi, utamanya
energi metabolis, bergantung pada suhu lingkungan. Selanjutnya dijelaskan pula
bahwa mekanisme adaptasi terhadap suhu lingkungan dapat diamati dari naik
turunnya konsumsi ransum yang disebabkan oleh adanya mekanisme termodinamik
yang mengontrol pemasukan dan pengeluaran energi ke dalam dan keluar tubuh guna
mempertahankan kestabilan suhu tubuh. Oleh karena itu effisiensi penggunaan
energi akan berbeda pada iklim atau beban panas yang berbeda. Energi metabolis
ransum ayam petelur dengan berbagai perlakuan porsi pemberian ransum pada umur
32 minggu yaitu
2609,89 sampai 2890,72 (Anggarayono
dan Tristiarti, 2008).
BAB III
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Biokimia Nutrisi dengan materi pengukuran kalori ransum ayam petelur periode
produksi dilaksanakan pada hari Rabu, 28 November 2012 pukul 07.00-09.00 di
Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.
3.1. Materi
Alat
yang digunakan dalam pengukuran kalori ransum ayam petelur periode produksi
adalah timbangan analitis yang digunakan untuk
menimbang sampel ransum ayam petelur, peleter berfungsi untuk mengubah ransum ayam
petelur menjadi bentuk pelet, bombkalorimeter untuk mengukur kalori sampel
ransum ayam petelur periode produksi, buret yang berisi sodium karbonat untuk
titrasi, loop untuk melihat kenaikan
suhu pada termometer, termometer untuk mengukur suhu, beker glass untuk tempat titrasi, kertas
minyak sebagai alas sampel ketika ditimbang, pipet untuk meneteskan indikator metil red.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran kalori ransum ayam petelur periode
produksi adalah sodium karbonat, aquades, ransum ayam petelur periode produksi kawat nikelin, metil
red , oksigen dan 2 liter air.
3.2. Metode
Metode
yang dilakukan adalah menimbang sampel ransum ayam petelur periode produksi
sebanyak ± 1,0500 gram, kemudian memasukkan sampel ke dalam peleter. Setelah
menjadi bentuk pelet, menimbang kembali sampel bentuk pelet tersebut. Memotong
kawat nikelin sepanjang 10 cm
kemudian memasang kawat nikelin tersebut
pada bombhead bombkalorimeter bersama dengan sampel uji. Sampel harus menempel
dengan kawat nikelin dan tidak berubah-ubah letaknya. Mengisi bombhead dengan
aquades sebanyak ± 1 ml dan oksigen bertekanan ± 25-30 atm. Mengisi oval bucket dengan air ±2 liter dan suhu air
260C. Memasukkan bombhead ke dalam oval bucket, lalu memasang penutup kemudian menyalakan motor pengaduk.
Mengamati waktu setiap 1 menit selama 5 menit dan mencatat suhu setiap 1 menit.
Setelah 5 menit, menekan tombol pembakar kemudian mengamati tiap 15 detik
sampai suhu konstan dan mencatat suhunya. Mematikan motor pengaduknya kemudian
mengeluarkan bombhead dari oval bucket
dan membuang gas yang ada di dalam bombhead. Mengukur sisa kawat yang tidak
terbakar dan memindahkan air yang ada di dalam bombhead ke dalam beker glass setelah itu menambahkan metil red sebanyak 3 tetes dan menitrasi air yang telah dicampur dengan metil red dengan sodium karbonat sampai warna
merah berubah menjadi kuning orange lalu mencatat volume sodium karbonat yang
dibutuhkan untuk menitrasi.
Melakukan
perhitungan dengan rumus :
Keterangan:
m = massa s
ampel
pelet (gr)
e1 = cm kawat terbakar x 2.3 kalori
e2 = ml titrasi sodium karbonat x 1 kalori
w = ketetapan standar benzoat 2465,57
kal/0C
t = tc – ta - r1 ( b – a ) –
r2 ( c – b )
tc = suhu konstan
ta = suhu menit ke 5
r1 = ( ta – t awal ) : 5
r2 = ( t akhir – tc ) : 5
a = 5 menit
c = suhu konstan menunjukkan menit
ke.....
tb = ta + 60% ( tc – ta )
b =
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Gross
Energy Ransum
Berdasarkan
hasil praktikum pengukuran kalori ransum ayam petelur periode produksi menggunakan
alat bom kalorimeter dan perhitungan pengukuran kalori didapatkan nilai gross energy pada ransum sebesar 3.973,77
kal/gr. Besar dan kecilnya nilai GE dapat dipengaruhi oleh peternak dalam
menentukan bahan pakan dan ukuran (takaran) masing-masing bahan pakan pada saat
pembuatan ransum. Hasil tersebut sesuai dengan Gross Energy yang dikemukakan Anggarayono dan Tristiarti (2008)
yang menyatakan bahwa komposisi nutrien ransum ayam petelur sebesar 3.624,62
kal/gr, nilai GE dapat lebih dan kurang dari hasil tersebut karena dipengaruhi
oleh penggunaan bahan pakan dan takaran penyusunan bahan pakan. Gross energy merupakan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
sampel ransum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Anggorodi (1995), bahwa Gross Energy (GE) atau Energi Bruto (EB) adalah panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampel
pakan atau bahan pakan dan diukur dengan alat Bomb Kalorimeter. Alat tersebut
mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran
sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa. Kartadisastra (2012), menambahkan bahwa Gross Energy (GE) adalah total energi
yang dilepaskan sebagai panas ketika bahan pakan (zat) dioksidasi secara
komplit menjadi CO2 + H2O.
4.2. Evaluasi Kecukupan Energi untuk Produksi
Telur
Berdasarkan
hasil perhitungan EM dan suplai EM yang disesuaikan konsumsi ayam petelur
periode produksi sebanyak 150 gr/ekor/hari didapatkan hasil sebesar 2.861,11
kkal/kg dan 429,16 kkal. Apabila EM kurang
memenuhi kebutuhan ayam petelur periode produksi, maka konsumsi ayam tersebut
akan tinggi dan apabila EM melebihi dari standar maka konsumsi ayam petelur periode
produksi akan menurun. Tingkat
energi metabolis berhubungan erat dengan kecernaan dan penyerapan zat-zat
makanan. Hal ini
sesuai dengan energi
metabolis ransum ayam petelur dengan berbagai perlakuan porsi pemberian ransum
pada umur 32 minggu yang dikemukakan oleh Anggarayono dan Tristiarti (2008) yaitu 2609,89 sampai 2890,72. Energi metabolisme
tersebut juga sudah mampu atau cukup untuk memproduksi telur, karena nilai energi
metabolismenya lebih dari 2.600 kalori/gram. Menurut Anggorodi
(1995), bahwa standar suplai EM ayam petelur periode produksi sebesar 400-450
kkal. Sehingga hasil yang didapatkan memenuhi kebutuhan EM ayam petelur periode
produksi. Lesson
dan Summers (2001), menambahkan bahwa
energi metabolis ditentukan oleh kandungan dan keseimbangan nutrisi bahan dan
serat kasar merupakan faktor utama yang menentukan nilai energi metabolis.
Tingkat energi metabolis berhubungan erat dengan kecernaan dan penyerapan zat-zat
makanan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
Praktikum Pengukuran Kalori Ransum Ayam Petelur Fase Prosuksi Energi dapat
disimpulkan bahwa energi diperlukan untuk fungsi tubuh serta melancarkan reaksi
sintesis dalam tubuh. Kebutuhan energi pada ayam petelur di bagi menjadi tiga
komponen utama yaitu energi untuk maintenance,
energi untuk aktivitas di dalam cage
dan energi untuk produksi telur. Hasil perhitungan uji kalori didapatkan gross energy yang terkandung dalam ransum ayam petelur periode produksi sudah mencukupi energi yang dibutuhkan ayam
petelur periode produksi dan hasil perhitungan suplai EM ransum juga sudah
memenuhi standar suplai EM pada ransum ayam petelur periode produksi.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum Biokimia
Nutrisi, sebaiknya ransum yang digunakan jangan hanya ransum ayam petelur
tetapi juga ada ransum ayam broiler. Sehingga didapatkan data hasil pengamatan
yang berbeda-beda dan dapat dijadikan perbandingan. Kedua, lebih baik praktikum
dilaksanakan pada saat awal semester agar tidak terburu-buru saat melakukan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarayono, H. I., W. Tristiarti. 2008. Energi Metabolis Dan Kecernaan Protein Akibat Perbedaan
Porsi Pemberian Ransum Pada Ayam Petelur.
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Anggorodi,
R. 1995. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas Cetakan Ke-5. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Austic, R.E. and M.C. Nesheim. 1990. Poultry Production.
13th Ed. Lea and Febiger, Washington.
Bahri,
S. dan Rusdi. 2008. Jurnal Evaluasi Energi Metabolis Pakan Lokal pada Ayam
Petelur. J. Agroland 15 (1) : 75-78.
Departemen
Pertanian. 1995. Ransum Ayam Petelur. Dewan Standarisai Nasional. Jakarta.
Haryono
dan Ujianto, A. 2000. Jurnal Penentuan Energi Metabolis (EM) Bahan Pakan Ayam
di Kandang Percobaan Unggas Ciawi. Bogor.
Kartadisastra.
2012. Pengelolaan Pakan Ayam Cetakan ke-12. Kanisius. Yogyakarta.
Lesson, S. and J. D. Summers. 2001. Commercial Poultry Nutrition 3th.
University Books. Guelph. Canada.
Murtidjo, B. A. 2006. Pedoman Meramu Pakan Unggas Cetakan Ke-17.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana,
R. 2003. Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan
Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna, E., Umiyati A., dan Ruhyat K. 2008.
Ilmu Dasar Ternak Unggas. Panebar Swadaya, Jakarta.
Widodo,
W. 2007. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. UMM Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengukuran Suhu dan Waktu
Tabel 1. Hasil Praktikum Uji Kalori
Keterangan
|
Waktu
|
Temperatur
(ºC)
|
t awal
t a
tc
t akhir
|
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
5.15
5.30
5.45
6.00
6.15
6.30
6.45
7.00
7.15
7.30
7.45
8.00
8.15
8.30
8.45
9.00
9.15
9.30
9.45
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
|
28,14
28,30
28,30
28,30
28,30
28,30
28,40
28,60
29,10
29,20
29,40
29,60
29,62
29,74
29,82
29,84
29,90
29,92
29,96
30,00
30,00
30,02
30,04
30,04
30,04
30,06
30,08
30,08
30,08
30,08
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Biokimia Nutrisi, 2012.
Lampiran 2. Hasil
Perhitungan Uji Kalori
·
Berat sampel : 1,0390 gram
·
(cm) kawat
yang terbakar : 4,7 cm
·
(mL) titrasi : 2,6 ml
·
e1 : 4,7 cm x 2,3 kalori = 10,81 kalori
·
e2 : 2,6 ml x 1 kalori = 2,6 kalori
·
a :
5 menit
·
c :
9.30 menit
·
r1 :
(ta - t awal) : r
= (28,30 – 28,14)
: 5
= 0,032 ºC /
menit
·
r2 :
(t akhir – tc) : 5
= (30,08 – 30,04)
: 5
= 0,008 ºC /
menit
·
tb :
ta + 60% (tc - ta)
= 28,30 +
60% (30,04 – 28,30)
= 28,30 +
60% (1,74)
= 27,68 +
1,02
= 29,344
·
b :
6.15 + (6.15 – 6.00)
=
6.15 + (0,7 x 0.15)
= 6.25
·
t :
tc – ta – r1 (b-a) – (r2 (c-b))
= 30,04 – 28,30
– (0,032 (6.25-5.00)) – (0,008 (9.30-6.25))
= 30,04 -
28,30 - 0,04 - 0,0244
= 1,6756 =
1,68o C
Lanjutan (Lampiran 2. Hasil
Perhitungan Uji Kalori)
·
Kalori :
=
=
= 3.973,77
kalori/gram
Lampiran 3. Hasil
Perhitungan Energi Metabolis
·
GE = 3.973,77 kalori/gram
·
EM = 72% x 3.973,77 kalori/gram
= 2.861,1144 kalori/gram
= 2.861,1144 kkal/kg
·
Suplai EM = EM x Konsumsi ayam petelur fase
layer/ekor/hr
= 2861,1144 x 0,15
= 429,16716 kkal
Ini adalah Bpk. Benjamin yang menghubungi rincian Email, lfdsloans@outlook.com. / lfdsloans@lemeridianfds.com Atau Whatsapp 1 989-394-3740 yang membantu saya dengan pinjaman 90.000,00 Euro untuk memulai bisnis saya dan saya sangat bersyukur, sangat sulit bagi saya di sini untuk mencoba membuat hal-hal sebagai ibu tunggal tidak mudah dengan saya tetapi dengan bantuan Le_Meridian memberikan senyum di wajah saya ketika saya melihat bisnis saya tumbuh lebih kuat dan berkembang juga. Saya tahu Anda mungkin terkejut mengapa saya meletakkan hal-hal seperti ini di sini tetapi saya benar-benar harus mengucapkan terima kasih jadi siapa pun yang mencari bantuan keuangan atau melalui kesulitan dengan bisnis yang ada atau ingin memulai proyek bisnis dapat melihat hal ini dan memiliki harapan untuk keluar dari kesulitan..Terima Kasih.
ReplyDelete